IIASA: Pembangunan berkelanjutan mampu tekan konsumsi energi di bawah kebutuhan minimum

Jakarta – Penelitian baru International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA) di Austria mengungkap bahwa standar hidup layak dapat dicapai tanpa harus meningkatkan konsumsi energi global secara drastis. Bahkan, dalam skenario pembangunan berkelanjutan, konsumsi energi justru bisa ditekan lebih rendah dari batas kebutuhan minimum saat ini.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research Letters ini menggunakan model baru bernama DESIRE (Decent Energy System for Integrated and Regenerative Economies), dan memetakan kebutuhan energi minimum untuk memenuhi layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, perumahan, hingga transportasi, dengan tetap mengacu pada target iklim global sesuai Perjanjian Paris.

“Dengan adanya perubahan iklim dan miliaran orang masih kekurangan kebutuhan dasar, mengatasi kedua masalah ini secara bersamaan bukan hanya mungkin, tapi juga sangat penting,” tulis IIASA dalam siaran resmi, Jumat, 16 Mei.

Pembangunan berkelanjutan, konsumsi energi menurun 33%

Salah satu temuan paling mencolok dari studi ini adalah bahwa kebutuhan energi global di masa depan dapat ditekan hingga sepertiga dari total saat ini, tanpa mengorbankan kualitas hidup manusia. Dalam skenario yang diprioritaskan untuk pembangunan berkelanjutan, jumlah penduduk dunia yang tidak memiliki akses energi layak bisa turun lebih dari 90 persen—penurunan yang jauh lebih cepat dibanding skenario “business as usual”.

“Tujuan kami bukan sekadar mengeluarkan orang dari kemiskinan ekstrem, tapi membayangkan masa depan yang adil dengan standar hidup layak sebagai baseline global,” ujar Jarmo Kikstra, peneliti utama dari Program Energi, Iklim, dan Lingkungan IIASA.

Fakta lain yang mencengangkan: emisi karbon yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan layak secara global sebenarnya jauh lebih kecil daripada emisi aktual saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi teknologi dan distribusi sumber daya yang lebih merata berperan penting dalam menekan jejak karbon.

“Bukan hanya soal menambah layanan di tempat yang membutuhkan, tapi juga soal bagaimana menyediakannya secara efisien dan memastikan energi tidak terbuang sia-sia,” ujar Shonali Pachauri, kepala Kelompok Riset Solusi Sosial dan Kelembagaan Transformatif IIASA.

Studi ini juga menekankan bahwa hanya sekitar 33 persen konsumsi energi global saat ini yang benar-benar digunakan untuk kebutuhan dasar. Dua pertiga sisanya digunakan untuk kebutuhan yang dianggap berlebih atau tidak langsung berkaitan dengan standar hidup layak.

“Ini adalah studi pertama yang menggabungkan analisis mikro soal kebutuhan hidup dengan pemodelan global pengurangan emisi. Jika dilakukan dengan benar, kita bisa memenuhi kebutuhan semua orang sambil tetap menjaga emisi nol,” tegas Bas van Ruijven, kepala Riset Sistem Layanan Berkelanjutan IIASA. (Hartatik)

Foto banner: Gambar dibuat menggunakan OpenAI DALL·E via ChatGPT (2024)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles