IESR: UMKM hasilkan emisi besar, perlu didorong dalam transisi hijau Indonesia

Jakarta – Studi baru Institute for Essential Services Reform (IESR), menemukan bahwa sebagian besar emisi dari UMKM berasal dari pembakaran energi fosil. Berdasarkan studi IESR, estimasi emisi terkait energi dari UMKM mencapai 216 MtCO2 pada tahun 2023, atau setara dengan separuh emisi sektor industri nasional pada tahun 2022.

“Studi kami menemukan bahwa 95 persen emisi dari UMKM ini berasal dari pembakaran energi fosil,” kata Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, dalam sebuah webinar tentang Peluang Dekarbonisasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia dan Pembelajaran dari Pengalaman Global, Kamis, 19 Maret.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, tetapi juga memainkan peran krusial dalam upaya mencapai dekarbonisasi dan mengatasi krisis iklim. Meskipun menjadi penyerap tenaga kerja yang signifikan dan memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), UMKM juga menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) yang tidak bisa diabaikan.

Lebih lanjut, Fabby mengatakan, pemerintah perlu mulai mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam mendekarbonisasi UMKM, serta memberikan bantuan finansial dan teknis kepada mereka untuk menurunkan emisi GRK.

IESR telah berkolaborasi dengan Lawrence Berkeley National Laboratory (LBNL) untuk merumuskan solusi dekarbonisasi khususnya untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM), yang merupakan subsektor dengan emisi tertinggi di antara UMKM lainnya. Analisis mereka menyarankan pemutakhiran teknologi dan elektrifikasi sebagai langkah utama dalam mendekarbonisasi IKM.

Menanggapi rekomendasi tersebut, Ketua Tim Program Pengembangan Industri Hijau, Kementerian Perindustrian, Achmad Taufik, menyatakan, pemerintah tengah berupaya mendapatkan pendanaan hijau bagi IKM baik dari sumber internal maupun eksternal, serta melakukan peningkatan kapasitas dan akses terhadap teknologi hijau.

Dari perspektif global, Peneliti Kebijakan Energi dan Lingkungan dari LBNL, Bo Shen, menyoroti bahwa penerapan efisiensi energi dapat menjadi daya tarik bagi pasar untuk memilih produk UKM.

“Terdapat beberapa cara efektif untuk mendorong penghematan energi di UKM di Indonesia,” ujar Bo Shen. “Termasuk standarisasi sistem untuk melacak kinerja energi, skema evaluasi yang didukung pemerintah, dan penetapan target dekarbonisasi yang jelas,” imbuhnya.

Keseluruhan, melalui kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, UMKM di Indonesia dapat memainkan peran yang signifikan dalam mendorong transisi menuju ekonomi yang bersih dan berkelanjutan.

Dengan langkah-langkah konkret dalam mendekarbonisasi, UMKM tidak hanya dapat meningkatkan keberlanjutan lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar global. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles