Jakarta – Sebuah studi baru memperkenalkan sebuah terobosan baru dalam pemantauan danau global yang secara signifikan dapat meningkatkan pengelolaan sumber daya air dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya tekanan dari manusia. Para peneliti telah mengembangkan metode berbasis proksi yang memanfaatkan citra satelit Landsat dan altimeter laser ICESat untuk merekonstruksi permukaan air danau di seluruh dunia dari tahun 1992 hingga 2018.
Studi yang dipublikasikan di Water Resources Research baru-baru ini, menilai permukaan air yang direkonstruksi di 342 danau dengan ukuran yang bervariasi dari 1 hingga 81.844 kilometer persegi. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa metode baru ini mencapai median root-mean-square error (RMSE) sebesar 0,66 meter, yang menandai peningkatan sebesar 27%-32% dibandingkan metode sebelumnya. Ketepatan ini sangat penting, terutama mengingat tantangan historis yang ditimbulkan oleh data yang jarang dari alat pengukur in situ dan terbatasnya cakupan altimeter satelit.
Fangfang Yao, seorang ahli hidrologi permukaan dan peneliti iklim di University of Virginia’s Environmental Institute yang memimpin penelitian ini juga mempublikasikan penelitian tahun lalu yang mengungkapkan bahwa lebih dari separuh danau-danau besar di dunia, termasuk Laut Kaspia dan Danau Titicaca, telah menyusut sejak awal tahun 1990-an. Ia mengatakan bahwa fenomena ini dipicu oleh kombinasi antara pemanasan iklim dan konsumsi air yang tidak berkelanjutan oleh manusia.
Pemanasan iklim dan konsumsi air oleh manusia menyebabkan setidaknya setengah dari penurunan volume danau alami. Penurunan ini berakibat fatal, tidak hanya bagi ekosistem danau, tetapi juga bagi jutaan orang yang bergantung padanya.
Pendekatan inovatif
Pendekatan inovatif ini tidak hanya memanfaatkan data altimeter laser ICESat-2 terbaru yang diluncurkan pada tahun 2018, tetapi juga mendapat manfaat dari konstruksi yang kuat dari hipsometri berkualitas tinggi, yang mencapai koefisien korelasi rata-rata (R^2) sebesar 0,92. Sebagian besar deret waktu ketinggian air yang direkonstruksi memberikan pembaruan dua bulanan atau lebih sering, sehingga memungkinkan pengelolaan sumber daya alam yang penting ini menjadi lebih dinamis dan terinformasi.
Integrasi teknologi ini memiliki potensi untuk menciptakan inventaris global yang komprehensif mengenai ketinggian air danau, yang memberikan wawasan penting bagi para pembuat kebijakan dan pengelola lingkungan untuk mengatasi masalah kelangkaan air dan pelestarian ekosistem. Karena danau terus mencapai tingkat terendah karena berbagai faktor penyebab, pemantauan yang rinci dan sering dilakukan menjadi sangat diperlukan dalam menyusun strategi penggunaan air yang berkelanjutan dan upaya konservasi. (Hartatik)