Jakarta – Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) mencatatkan peningkatan aktivitas perdagangan karbon di bulan Januari, baik dari sisi transaksi kredit karbon maupun jumlah pengguna yang berpartisipasi dalam perdagangan karbon.
IDXCarbon, unit usaha PT Bursa Efek Indonesia (BEI), mencatat total volume unit karbon yang diperdagangkan pada bulan tersebut sebesar 273.237 ton CO2e, melonjak dibandingkan dengan 1.578 ton CO2e pada bulan sebelumnya.
Data IDXCarbon Januari juga menunjukkan bahwa jumlah partisipan meningkat menjadi 106 dari 100 partisipan pada bulan Desember 2024. Nilai perdagangan di atas dilakukan selama 19 hari kerja.
Indonesia memulai perdagangan karbon internasional pada tanggal 20 Januari 2025.
Saat ini, unit karbon yang diperdagangkan di bursa karbon berasal dari sektor ketenagalistrikan, yaitu:
- Pembangkit Listrik Tenaga Gas Alam Baru PLTGU Priok Blok 4
- Proyek konversi Pembangkit Listrik Single Cycle ke Combined Cycle (Add On) PLTGU Grati Blok 2
- Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Gunung Wugul
- Pembangkit Listrik Tenaga Gas Bumi Baru PLTGU PJB Muara Karang Blok 3
- Proyek konversi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Siklus Tunggal ke Siklus Gabungan Blok 2 PLN NP UP Muara Tawar.
Proyek-proyek ini dimiliki oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sayangnya, tidak ada unit karbon yang berasal dari sektor kehutanan, yang memiliki sumber daya yang melimpah di Indonesia.
Ilmuwan senior Center for International Forestry Research, World Agroforestry (CIFOR_ICRAF), Herry Purnomo, mengatakan sebelumnya bahwa ketiadaan unit karbon yang diperdagangkan di bursa karbon menunjukkan rumitnya penghitungan stok karbon dari sektor ini. Masalah lainnya adalah karena ketidakjelasan regulasi. (Roffie Kurniawan)