Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa peran bioenergi, salah satu sumber Energi Baru Terbarukan (EBT),signifikan dalam transisi energi dan membawa manfaat besar bagi Indonesia.
Menurut data ESDM, tahun 2023, bioenergi berkontribusi sebesar 7,7% atau 60% dari total bauran EBT nasional, menunjukkan peranannya yang signifikan dalam transisi energi.
“Bioenergi bukan hanya dijadikan sumber energi terbarukan, tetapi juga bagian integral strategi pemerintah dalam rangka menekan emisi karbon,” ujar Plt Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, dalam Seminar Tantangan Industri Bioenergi, Selasa, 27 Februari.
Lebih lanjut, Jisman menjelaskan bahwa bioenergi, yang terdiri dari biomassa, biogas, dan bahan bakar nabati, dapat menggantikan bahan bakar fosil di berbagai sektor.
“Bahan bakar nabati dapat menggantikan bahan bakar fosil di semua sektor pembangunan, seperti listrik, industri, komersil, transportasi, dan rumah tangga,” tuturnya.
Pemerintah menargetkan transisi energi menjadi salah satu kunci untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca dan net zero emission (NZE) di tahun 2060. Bioenergi, dengan manfaatnya yang berlimpah, menjadi salah satu senjata utama pemerintah dalam mewujudkan target tersebut.
“Salah satu peran bioenergi yang besar adalah penyediaan dan pemanfaatan biodiesel,” ungkap Plt Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, dalam Seminar Tantangan Industri Bioenergi, Selasa, 27 Februari.
Pada tahun 2023, pemerintah berhasil menyalurkan biodiesel untuk konsumsi domestik sebesar 12,3 juta kilo liter (kl). Capaian ini menghasilkan penghematan devisa negara lebih dari Rp 122 triliun, sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 132 juta ton CO2. (Hartatik)