Jakarta – Pada akhir 2024, kontribusi panas bumi diproyeksikan mampu menopang hingga 40 persen dari total bauran energi terbarukan, seiring dengan peningkatan operasional sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pemerintah menempatkan energi panas bumi sebagai salah satu pilar utama dalam mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiyani Dewi, mengungkapkan optimisme pemerintah dalam mendorong pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi bersih dan andal.
“Saat ini kontribusi EBT di bauran energi nasional sudah berada di angka 13,9 persen. Dengan beberapa PLTP yang segera beroperasi penuh pada akhir tahun ini, kami perkirakan bauran EBT akan mencapai 14,1 persen,” ujar Eniya dalam acara Global Hydrogen Ecosystem Summit and Exhibition (GHES) 2025, Selasa, 17 Desember.
Sejumlah proyek PLTP menjadi motor penggerak peningkatan bauran EBT. Salah satunya adalah PLTP Sorik Merapi dengan kapasitas 41 MW yang telah mengantongi Sertifikat Laik Operasi (SLO) pada 15 Desember. Selain itu, ada PLTP Salak Binari berkapasitas 15 MW dan PLTP Ijen sebesar 45 MW yang dijadwalkan beroperasi secara komersial dalam waktu dekat.
“Kita memiliki 362 titik potensi panas bumi dengan kapasitas total mencapai 23,6 GW. Ini peluang besar. Selain itu, ada 62 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang siap dikembangkan serta 12 wilayah penugasan untuk eksplorasi yang masih aktif,” jelas Eniya, dan menambahkan bahwa baru sekitar 11 persen dari total potensi panas bumi yang dimanfaatkan.
Dalam konteks global, Indonesia tercatat sebagai produsen listrik panas bumi terbesar kedua di dunia, dengan kapasitas terpasang mencapai 2,6 GW. Di tingkat nasional kontribusinya sekitar 5,3 persen dari bauran energi nasional.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia turut menyuarakan komitmennya untuk memaksimalkan pemanfaatan energi panas bumi. Menurutnya, PLTP memiliki tingkat keandalan yang lebih tinggi dibandingkan sumber energi lainnya. “Kami akan terus mendorong investasi di sektor panas bumi, sekaligus memastikan infrastruktur dan regulasi mendukung percepatan pengembangan,” kata Bahlil dalam kesempatan terpisah. Menurutnya, sejak 2014, kapasitas terpasang PLTP di Indonesia bertambah 1,2 GW. (Hartatik)
Foto banner: Shutterstock