Jakarta – Proyek energi terbarukan di Indonesia memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja baru dan menarik investasi dalam jumlah besar, terutama di daerah penghasil batubara seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan. Menurut laporan terbaru dari EMBER, sebuah lembaga riset energi global, proyek-proyek energi terbarukan ini diproyeksikan dapat menciptakan hingga 96 ribu lapangan kerja dan menarik investasi sebesar USD 9,4 miliar hingga tahun 2030.
Laporan EMBER berjudul “Indonesia’s Expansion of Clean Power can Spur Growth and Equality” menganalisis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021-2030 dan Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) dari Just Energy Transition Partnership (JETP). Laporan ini menyoroti bagaimana transisi energi dapat menjadi lebih adil jika fokus diarahkan pada pembangunan energi terbarukan di daerah yang selama ini bergantung pada industri batubara.
“Transisi energi Indonesia dapat menjadi lebih berkeadilan dengan memanfaatkan batubara secara berkelanjutan dan mengalihkan fokus ke proyek energi terbarukan di wilayah-wilayah yang terkena dampak, sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja baru, meningkatkan kompetensi masyarakat, dan daya saing daerah,” ujar Dinita Setyawati, Analis Senior Kebijakan Ketenagalistrikan Asia Tenggara EMBER, Senin, 19 Agustus.
Berdasarkan RUPTL yang ada, hingga tahun 2030, proyek-proyek energi terbarukan dengan total kapasitas mencapai 21 gigawatt (GW) akan ditambahkan. Selain itu, dalam kerangka JETP CIPP, target ini akan meningkat hingga 36 GW. Analisis EMBER menunjukkan bahwa pembangunan proyek energi terbarukan sebesar 2,7 GW di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan dapat menciptakan sekitar 50 ribu lapangan kerja dan menarik investasi senilai 4,3 miliar USD.
Namun, manfaat yang lebih besar dapat diperoleh jika rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru sebesar 2,33 GW di ketiga daerah tersebut dibatalkan dan digantikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan total kapasitas 5,8 GW. Langkah ini diperkirakan akan menciptakan tambahan 46 ribu lapangan kerja serta meningkatkan investasi hingga lebih dari dua kali lipat.
Secara keseluruhan, percepatan pengembangan energi terbarukan di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan akan membuka peluang investasi lebih dari 9,4 miliar USD dan menciptakan 96 ribu lapangan kerja berketerampilan tinggi. Selain itu, langkah ini juga berpotensi mengurangi emisi sebesar 18 juta ton CO2e di ketiga daerah tersebut, dibandingkan dengan 30 juta ton CO2e yang saat ini dihasilkan dari tambang batubara dan PLTU.
EMBER juga memperingatkan bahwa Indonesia perlu mempertimbangkan kembali pembangunan PLTU baru untuk menghindari risiko aset terlantar (stranded assets). Dengan proyeksi peningkatan permintaan listrik sebesar 4,7 persen per tahun berdasarkan data 2023, diperkirakan pembangkitan listrik akan melebihi permintaan sebesar 42 terawatt hour (TWh) pada tahun 2030. Ini berarti, meskipun tanpa PLTU baru, Indonesia masih bisa memenuhi kebutuhan listriknya pada tahun tersebut. (Hartatik)