RILIS PERS*
Jakarta, 29 April 2025 – ZONAEBT berhasil menyelenggarakan ”Forum Surya” sebuah diskusi daring lintas sektor yang digelar pada Selasa (29/4). Dengan mengangkat tema, “Mewujudkan Ketahanan Energi Indonesia Nasional yang Berkelanjutan”, acara ini menghadirkan pakar energi surya, praktisi, serta perwakilan pemerintah untuk membahas strategi percepatan transisi menuju energi bersih di Indonesia, khususnya dalam pemanfaatan panel surya.
Melalui forum ini, ZONAEBT menghadirkan platform strategis untuk membahas tantangan, peluang, dan strategi pengembangan energi surya di Indonesia. Selain itu, forum juga menjadi wadah diskusi bagi para pemangku kepentingan terkait kebijakan energi, model investasi berkelanjutan, dan inovasi teknologi dalam industri panel surya. Dengan mengusung perspektif dari berbagai pihak, forum ini diharapkan mampu melahirkan solusi konkret guna mempercepat transisi energi nasional.
Energi Surya, Pilar Utama Menuju Net Zero Emission
Forum ini turut mengeksplorasi berbagai model bisnis, skema pembiayaan, dan regulasi yang dapat mendorong pertumbuhan industri panel surya di Indonesia. Salah satu aspek krusial dalam pengembangan energi surya adalah tersedianya infrastruktur yang memadai serta investasi yang berkelanjutan. Tanpa kebijakan yang memberikan insentif investasi dan kemudahan perizinan, industri ini akan sulit berkembang secara optimal. Selain itu, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap manfaat energi surya juga menjadi faktor penting dalam mempercepat adopsi teknologi ini di berbagai sektor.
Partisipasi aktif dari komunitas dan sektor rumah tangga dalam mengadopsi panel surya menjadi faktor penting dalam mendorong transformasi energi yang lebih inklusif. Menyadari hal tersebut, forum ini juga membahas praktik terbaik dari berbagai negara serta studi kasus sukses di Indonesia yang dapat dijadikan rujukan. Tujuannya adalah untuk mendorong implementasi energi surya di berbagai sektor, mulai dari perumahan, industri, hingga usaha kecil dan menengah (UKM).
Pemerintah Tekankan Pentingnya Kolaborasi Lintas Sektor
Untuk memperkaya pembahasan, forum ini dibagi menjadi dua sesi diskusi yang masing-masing menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang untuk menyampaikan pandangan strategis mereka terkait pengembangan energi surya di Indonesia.
Diskusi dibuka dengan Keynote Speech yang disampaikan oleh Bhakti Nuryadin, S.T., M.T., perwakilan dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM.
Bhakti menyampaikan komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol persen pada tahun 2060 sebagai langkah mitigasi terhadap perubahan iklim. Salah satu strategi utama untuk mencapai target tersebut adalah dengan mengembangkan energi terbarukan, khususnya energi surya. Ia menyebutkan bahwa energi surya memiliki potensi terbarukan terbesar di Indonesia, yaitu mencapai 3.294 GW, dengan realisasi saat ini sebesar 675 MW. Meski potensi besar tersebut tersedia, Bhakti menegaskan bahwa kolaborasi antar semua pihak, baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat, sangat diperlukan untuk mewujudkan transisi energi yang efektif.
“Untuk transisi ini kita juga perlu kolaborasi, karena tanpa ada kolaborasi dari semua stakeholder, maka apa yang kita cita-citakan hanya akan menjadi cita-cita saja,” ujar Bhakti dalam pembukaannya.
Masa Depan Kebijakan Energi Surya
Diskusi sesi pertama dibuka oleh Michael Suryaprawira, peneliti dari Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) selaku moderator pada sesi pertama. Mengusung tema ”Masa Depan Kebijakan Energi Surya dalam Mempercepat Pengembangan PLTS di Indonesia”, diskusi ini menghadirkan berbagai ahli, termasuk Alvin Putra Sisdwinugraha (Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan), Haidar Ahmad Daffa (Asosiasi Energi Surya Indonesia), dan M. Firmansyah (PERPLATSI — Perkumpulan Pemasang PLTS Atap Seluruh Indonesia). Para pembicara berbagi pandangan mengenai tantangan dan peluang terkait regulasi energi surya di Indonesia, serta peran kebijakan dalam mendukung pengembangan sistem panel surya (PLTS) di tanah air.
Pada sesi pertama ini, para pembicara menjelaskan mengenai energi surya yang dianggap sebagai kunci dari transisi energi.
Alvin menjelaskan bahwa energi surya memiliki dua keunggulan utama, yaitu versatility
(kemampuan untuk diterapkan di berbagai kondisi) dan affordability (biaya yang terjangkau). Haidar menambahkan bahwa kemajuan teknologi panel surya memungkinkan peningkatan akses serta kemudahan dalam penerapan bauran energi surya di berbagai wilayah. Sementara itu, M. Firmansyah menyoroti pentingnya stabilitas regulasi energi surya di Indonesia, yang menurutnya sangat memengaruhi iklim investasi sektor ini.
Menanggapi hal tersebut, Alvin menegaskan bahwa ketenagalistrikan di Indonesia saat ini masih sangat berpusat pada PLN sebagai eksekutor utama. Namun, sebagai perusahaan milik negara, PLN juga memiliki kewajiban untuk melayani kepentingan publik (public service obligation). Ia menyatakan bahwa pencapaian target transisi energi seharusnya dapat melibatkan peran sektor swasta, salah satunya melalui penguatan jaringan listrik berbasis PLTS.
“Tenaga listrik di Indonesia memang masih sangat PLN-sentris, dia (PLN) adalah eksekutor utama dalam bidang listrik. Namun, sebagai BUMN, PLN harus melakukan public version obligation. Pencapaian target harusnya memanfaatkan pos-pos yang diisi oleh swasta. Bisa dengan memperkuat grid dan jaringan listrik PLTS. Dengan model public private partnership, PLN dengan keterbatasan kemampuan finansialnya bisa melibatkan pihak swasta.”, ungkap Alvin mengafirmasi jawaban M. Firmansyah.
Ketiga narasumber sepakat akan pentingnya dialog lanjutan, khususnya terkait regulasi, dengan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan dari berbagai sektor. Haidar mencontohkan bahwa Indonesia dapat mengambil pelajaran dari implementasi panel surya di negara-negara tetangga. Ia juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat luas guna membangun pemahaman publik (public understanding) yang kuat terhadap pengembangan energi surya di tanah air.
Peluang dan Tantangan Bisnis Energi Surya
Usai sesi pertama, forum berlanjut ke diskusi sesi kedua yang mengangkat tema ”Peluang dan Tantangan Bisnis Energi Surya di Tahun 2025.” Sesi ini menghadirkan para praktisi dari sektor industri energi surya, yakni Ridwan Kurnia (Director of Engineering and Operations – PT Surya Energi Indotama/SEI), Anggita Pradipta (Group Head of Marketing – SUN Energy), dan Zidny Ilman (Head of Public Policy and Government Relations/PPGR – Suryanesia). Andhita Mustikaningtyas, Co-Founder sekaligus Board of Commissioner BTI Energy menjadi moderator pada diskusi sesi kedua ini.
Untuk memantik diskusi, Andhita mengajukan pertanyaan mengenai perkembangan bisnis energi surya dalam lima tahun terakhir serta peluangnya di masa depan. Anggita merespons dengan menyoroti peningkatan permintaan, khususnya dari sektor industri kecil dan menengah. Secara keseluruhan, ia menilai industri panel surya mengalami pertumbuhan yang signifikan, baik dari sisi permintaan maupun dari aspek penguatan ekosistem. Ridwan turut mengafirmasi optimisme tersebut dengan menyebut bahwa jumlah pelaku usaha di sektor ini terus meningkat. Namun, ia mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan dengan memperhatikan lima aspek utama: kualitas teknologi, sumber daya manusia, regulasi, pembiayaan, dan edukasi pasar.
“Partnership, itu mutlak, (sebab) ternyata kita nggak bisa maju dengan entitas tunggal. Kita harus kolaborasi, makanya ekosistem ini penting untuk saling mendorong agar sama-sama lebih kuat,” jelas Ridwan.
Tak ketinggalan, Satrio Yudho, Dosen Institut Teknologi PLN, turut berbagi berbagai inovasi dan hasil riset pengembangan panel surya yang tengah dikembangkan di ITPLN. Dengan pendekatan showcase, untuk menilik lebih dekat bagaimana inovasi-inovasi tersebut diaplikasikan secara teoritis maupun praktis dalam mendukung kemajuan teknologi energi surya di Indonesia.
–––––––
Sebagai pelopor platform edukasi dan informasi energi terbarukan di Indonesia, ZONAEBT terus berkomitmen untuk memperkuat peran masyarakat, sektor swasta, dan pemerintah dalam mewujudkan transisi energi yang adil dan inklusif. Forum Surya ini menjadi salah satu langkah nyata ZONAEBT dalam mendorong dialog strategis lintas sektor, membangun ekosistem kolaboratif, serta mempercepat pemanfaatan energi surya sebagai pilar ketahanan energi nasional.
“Kami percaya bahwa transisi energi bukan sekadar isu teknologi, tetapi persoalan kolaborasi, kesetaraan, dan masa depan bersama,” ujar I Kadek Alamsta Suarjuniarta, CEO & Founder ZONAEBT.
Tentang ZONAEBT
ZONAEBT merupakan startup platform informasi dan edukasi energi terbarukan di Indonesia, yang telah berdiri sejak April tahun 2021 dan secara aktif mendukung transisi energi yang berkeadilan serta tidak ada yang tertinggal. Memiliki visi memberdayakan setiap individu dan organisasi untuk bertransisi menuju energi yang berkeadilan dan berkelanjutan, serta misi kami tahu kesuksesan kami – di masa lalu, saat ini, dan masa depan dibangun berdasarkan kami tumbuh & berkembang disisi Anda. Ekosistem ini memberikan warisan dan masa depan kita.
Kontak media
https://zonaebt.com/
hello@zonaebt.com
085175878765
*Posting ini adalah bagian dari kerjasama media antara tanahair.net dan ZonaEBT.com