
Nusa Dua, Bali – Pemerintah Indonesia menjalankan skema pendanaan campuran (blended finance) dalam investasi energi bersih dan mendorong peningkatan infrastruktur energi di Indonesia dan mempercepat transisi menuju net zero emission. Pendanaan campuran ini menggabungkan pembiayaan dari APBN, APBD maupun BUMN, sektor publik dan dari para filantropis hingga institusi bilateral maupun multilateral.
Shinta Kamdani, Ketua B20 Indonesia 2022 dan Steering Committee Forum Tri Hita Karana (THK), forum yang mendukung aksi iklim, Kamis (1/9) di Bali mengungkapkan saat ini rata-rata investasi untuk energi bersih sekitar USD 9 miliar per tahun. Jumlah ini diperkirakan akan terus tumbuh menjadi USD 16 miliar, seiring meningkatnya permintaan terhadap energi.
“Artinya, kita memerlukan setidaknya USD 2 triliun untuk menutupi kesenjangan pembiayaan tersebut.” bebernya.
The Boston Consulting Group (BCG) Center for Climate and Sustainability memperkirakan investasi pendanaan yang dibutuhkan untuk mencapai target menekan kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celcius sekitar USD 2,1 triliun.
“Pemerintah Indonesia telah menunjukkan kemitraan nasional dan global untuk menginisiasi solusi blended finance. Kemitraan ini akan berinvestasi dengan berdasarkan nilai dari Tri Hita Karana (THK) yang digagas oleh Presiden Joko Widodo,” ujar Shinta dalam Tri Hita Karana Climate Road to G20 High Level Dialogue bertajuk ‘Making History for Climate Action: Unlocking Finance for the Energy Transition and Oceans’.
Acara tersebut digagas oleh B20, Kadin, United in Diversity Foundation, SDSN, ICC, dan Global Blended Finance Taskforce. Hadir Luhut Binsar Pandjaitan (Menteri Koordinator Maritim dan Investasi), John Kerry (Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim), Shinta Kamdani (Ketua B20 Indonesia 2022 dan Komite Pengarah THK), Arsjad Rasjid (Ketua Umum Kadin) dan Tantowi Yahya (Ketua Umum Yayasan Upaya Indonesia Damai dan Executive Lead Tri Hita Karana Forum).

Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, peluang untuk untuk melakukan perubahan transformasi dalam bauran energi terdapat pada sumber energi terbarukan yang belum dimanfaatkan. Indonesia juga telah mengembangkan pendekatan blended finance untuk bahan bakar fosil yang akan ditiadakan.
“Kami mencari cara untuk melembagakan proses transfer teknologi dan pembiayaan agar kedua hal tersebut dapat berlanjut dari waktu ke waktu,” tambah Luhut.
Sementara itu, John Kerry, Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim menambahkan, pasar transisi energi adalah pasar terbesar yang pernah terjadi di dunia.
“Ini bukan sesuatu yang perlu kita takuti, melainkan perlu kita sambut. Hal ini juga merupakan kesempatan terbaik yang pernah kita miliki sejak era revolusi industri untuk berinvestasi dan berinovasi. Saya sangat senang berada di Bali dan bekerja bersama Indonesia untuk mempercepat transisi energi bersih, baik di sini maupun di seluruh dunia,” tutur John Kerry. (Hartatik)