Jakarta – Menteri Sri Mulyani mengingatkan negara bakal kehilangan potensi ekonomi hingga 0,5% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp 112 triliun akibat perubahan iklim global. Kerugian ekonomi akibat krisis iklim ini ditengarai terjadi pada 2023.
“Potensi kerugian ekonomi Indonesia akibat perubahan iklim ini 0,63% hingga 45% dari PDB pada 2030, jika hal ini terus berlanjut,” ungkap Sri Mulyani dalam HSBC Summit 2022, dikutip Selasa (20/9).
Ia pun membeberkan pada periode 2010 hingga 2018, emisi gas rumah kaca sudah naik hingga 4,3% per tahun. Selain itu, suhu rata-rata saat ini meningkat 0,03 derajat celcius yang akhirnya juga berpengaruh ke Indonesia. Akibatnya permukaan air laut di Indonesia rata-rata naik 0,8-1,2 sentimeter per tahun.
Laporan PBB terbaru pun mengungkapkan bahwa dunia bergerak menuju pada arah yang salah dalam hal penanganan iklim. “Ada bukan bagian dari Pulau Jawa, banyak kota yang tenggelam,” imbuh mantan pejabat Bank Dunia tersebut.
Sri Mulyani awalnya merujuk pada riset yang diterbitkan lembaga asal Swiss pada tahun lalu. Riset tersebut mengatakan, dunia akan kehilangan lebih dari 10% ekonominya apabila kesepakatan Paris tidak terpenuhi pada 2050. Menurutnya, secara bertahap, tekanan inflasi dapat timbul akibat gangguan rantai pasok nasional dan internasional akibat perubahan cuaca seperti banjir dan badai. Situasi ini berpotensi mengakibatkan kerugian finansial yang cukup besar. Bahkan, bendahara Negara ini menyebut hal itu dapat menurunkan tingkat PDB lebih ke bawah.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dikutip dari USA Today baru-baru ini mengatakan, banjir, kekeringan, gelombang panas, badai ekstrem, dan kebakaran hutan berubah dari buruk menjadi lebih buruk, memecahkan rekor dengan frekuensi yang mengkhawatirkan.
“Tidak ada yang alami tentang skala baru dari bencana ini. Itu adalah harga dari kecanduan bahan bakar fosil manusia,” ungkapnya.
PBB juga mengingatkan bahwa tujuh tahun terakhir adalah rekor terpanas di Bumi. Ada kemungkinan bahwa dalam lima tahun berikutnya, warga Bumi akan mencatat rekor panas. Selain itu, ada kemungkinan, selama setidaknya satu tahun dalam 5 tahun ke depan, suhu rata-rata tahunan sementara akan naik hingga 1,5 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata tahun 1850-1900. (Hartatik)
Foto Banner: Menteri Keuangan Sri Mulyani
(Sumber: Kemenkeu)