Menkeu: Keterjangkauan energi terbarukan jadi tantangan transisi energi

Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan, Rabu (13/7), bahwa tantangan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan adalah aspek keterjangkauan dari sisi pembiayaan. Pasalnya, penghentian penggunaan energi fosil itu tidak bebas biaya.

“Mahal sebenarnya, karena akan berdampak pada PLN dalam hal biaya produksi listriknya. Jika konsekuensi biaya meningkat, maka harga listrik menjadi lebih mahal,” ujar Sri Mulyani pada side event G20 di Bali yang bertajuk “Sustainable Finance: Instruments and Management in Achieving Sustainable Development of Indonesia”.

Menurutnya, transisi energi seharusnya adil dan terjangkau. Untuk itu, Menkeu memaparkan ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menguji prinsip keterjangkauan transisi energi ini. Pertama, dengan melihat daya beli masyarakat.

“Artinya masyarakat dan industri harus mengonsumsi listrik yang harganya jauh lebih mahal, mampukah mereka membelinya? Itulah keterjangkauan,” jelas Menkeu.

Kedua, dengan melihat kemampuan PLN, Menkeu mengatakan jika masyarakat dan industri ternyata tidak mampu membayar harga listrik yang lebih tinggi, maka PLN yang akan menyerap kerugian akibat hal tersebut.

Menkeu melanjutkan bahwa PLN berpotensi akan mengalihkan kerugian tersebut kepada pemerintah. Dengan demikian aspek keterjangkauan yang ketiga adalah dari sisi APBN untuk memberikan subsidi.

Jika ketiga aspek itu diperhatikan dengan baik, maka menurut Menkeu, Indonesia akan mampu mentransisi penggunaan energi dari yang tidak terbarukan menjadi terbarukan tanpa merusak ekonomi rakyat, bisnis dan situasi keuangan PLN, serta anggaran pemerintah.

“Karena pertanyaan tentang keterjangkauan adalah siapa yang harus membayar, berapa yang harus kita bayar dengan cara yang terjangkau,” imbuhnya.

Seperti diketahui, Indonesia berkomitmen untuk mencapai net zero emission dalam upaya penanganan perubahan iklim. Salah satunya dengan mentransisikan produksi energi yang sebelumnya berbasis fosil dengan energi terbarukan sekaligus membangun ekonomi hijau secara adil dan terjangkau. (Hartatik)

Foto banner: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjadi pembicara side event G20 yang bertajuk “Sustainable Finance: Instruments and Management in Achieving Sustainable Development of Indonesia”, pada Rabu (13/7) di Bali. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles