Hari HAM dan HAH sedunia: Penggemar G-Dragon desak Hana Bank stop danai proyek nikel, batu bara di Pulau Obi

Jakarta – Dalam peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) dan Hari Hak Asasi Hewan (HAH) Sedunia tanggal 10 Desember tahun ini, para penggemar BigBang G-Dragon dari Indonesia, bersama jaringan aktivisme KPOP4PLANET, menyerukan penghentian pendanaan Hana Bank terhadap proyek nikel berbasis PLTU batu bara di Pulau Obi, Maluku Utara. Seruan ini disampaikan melalui surat terbuka yang dikirimkan langsung ke kantor pusat Hana Bank di Seoul.

Kelompok penggemar tersebut menilai langkah pendanaan bank asal Korea Selatan itu bertentangan dengan komitmen iklim global dan menimbulkan kerusakan ekologis serta sosial yang semakin serius di Pulau Obi. Desakan ini juga dipicu oleh fakta bahwa G-Dragon—ikon global yang selama ini identik dengan citra positif dan inovatif—merupakan brand ambassador dari Hana Financial Group.

KPOP4PLANET menyerukan penghentian pendanaan Hana Bank terhadap proyek nikel berbasis PLTU batu bara di Pulau Obi, Maluku Utara.

Surat terbuka itu menyoroti temuan sejumlah laporan internasional. Recourse pada 2024 mengungkap bahwa PT Korea Exchange Bank (KEB) Hana Bank Indonesia bersama sejumlah bank lain, termasuk DBS dan UOB, menyediakan total pembiayaan sebesar USD 530 juta bagi PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), anak usaha Harita Nickel. Selain itu, Market Forces mencatat bahwa Hana telah mengucurkan US$ 84 juta pembiayaan ke grup Harita sejak 2018, meski Hana Financial Group sebelumnya berjanji menghentikan pembiayaan PLTU batu bara pada 2021

KPOP4PLANET Indonesia menilai kondisi tersebut ironis, karena bank tersebut dikenal luas di kalangan anak muda Indonesia melalui Line Bank dan reputasinya yang melekat erat dengan industri K-pop. Nurul Sarifah, Juru Kampanye KPOP4PLANET Indonesia, mengatakan penggemar justru melihat ketidaksesuaian antara citra K-pop yang dibawa Hana dengan praktik pendanaan yang dijalankan.

“Banyak penggemar yang senang saat Hana memilih idola kami sebagai brand ambassador, tetapi kami justru belum melihat kolaborasi ini di Indonesia. Sebaliknya, Hana justru membiayai proyek-proyek yang merusak dan membahayakan komunitas lokal dan lingkungan kami. Oleh sebab itu, penggemar mendorong Hana untuk membawa Kpop ke Indonesia, bukan pembiayaan batu bara,” ujarnya.

Dampak operasional proyek nikel Harita juga meningkat dalam sorotan. Laporan Keberlanjutan Harita 2024 mencatat emisi perusahaan mencapai 10,87 juta ton CO₂e per tahun—angka yang setara hampir 1 persen dari total emisi Indonesia pada 2023, atau sama dengan emisi 2,36 juta mobil berbahan bakar bensin yang digunakan selama setahun.

Kerusakan ekologis yang ditimbulkan jauh lebih mengkhawatirkan. Climate Rights International pada 2025 mendokumentasikan bagaimana operasi nikel di Obi memicu relokasi masyarakat secara paksa ke kawasan EcoVillage, yang dinilai tidak layak. Terbaru, laporan Gecko Project menemukan kandungan logam berat berbahaya pada ikan di perairan sekitar operasi nikel—mengancam kesehatan masyarakat, terutama anak-anak.

Kampanye ini juga memperoleh dukungan dari lembaga advokasi keuangan. Ginanjar Ariyasuta, Juru Kampanye Keuangan Energi Indonesia di Market Forces, menegaskan bahwa pendanaan Hana Bank memperparah ketergantungan industri nikel pada PLTU captive.

“Pembiayaan KEB Hana ke Grup Harita memperburuk krisis iklim karena mendukung pembangunan 2,1 gigawatt (GW) PLTU khusus industri (captive), dimana International Energy Agency (IEA) telah memperingatkan untuk dihentikan demi menyelamatkan ekonomi dan masa depan. Karenanya, kami mendesak Hana Bank untuk berhenti membiayai perusahaan yang pembangunan PLTU captive, termasuk Grup Harita yang bergantung pada bahan bakar fosil dalam operasi pengolahan nikelnya,” ujarnya.

Untuk memperkuat desakan, tujuh basis penggemar resmi menandatangani surat terbuka tersebut. Selain itu, lebih dari 161.000 penggemar yang mengikuti kampanye KPOP4PLANET turut melakukan aksi penandaan massal di media sosial, menuntut Hana Bank Korea mempertanggungjawabkan investasinya yang dinilai merusak lingkungan Indonesia.

Salah satu penggemar G-Dragon yang aktif mendukung kampanye, pemilik akun @istri.jidi, menyampaikan kekecewaannya atas kontradiksi antara citra sang idola dan realitas pendanaan Hana.

“Saat melihat GD menjadi brand ambassador dari Hana, sebagai penggemar tentu ada rasa bangga yang sulit dijelaskan. Tapi aku kecewa saat tahu bahwa pembiayaan Hana merugikan masyarakat dan lingkungan Pulau Obi. Aku berharap Hana bisa sejalan dengan nilai-nilai yang selalu GD bawa tentang masa depan yang lebih baik,” tulisnya.

Desakan ini menjadi pengingat bahwa isu HAM dan perlindungan lingkungan kini bukan hanya domain organisasi masyarakat sipil, tetapi juga komunitas budaya populer yang semakin vokal. Para penggemar K-pop di Indonesia berharap surat terbuka mereka dapat mendorong perubahan kebijakan nyata dari Hana Bank—bukan hanya demi reputasi idola mereka, tetapi demi masa depan Pulau Obi dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. (Hartatik)

Foto banner: Tom Fisk/pexels.com

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles