Jakarta – Pagu anggaran subsidi energi pada tahun depan akan mengalami penurunan, meski demikian nilai pagu anggaran sebesar Rp 336,7 triliun tersebut diyakini masih tinggi, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers, Selasa (16/8).
Pagu ini disiapkan dengan memperhitungkan asumsi Indonesian Crude Price (ICP) yang menurun menjadi 90 dollar AS per barrel. Sedangkan pagu anggaran subsidi energi untuk pembiayaan subsidi BBM, elpiji dan listrik pada tahun ini mencapai Rp 502,4 triliun.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengingatkan, potensi anggaran subsidi energi bisa jebol atau melebihi dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2022. “Kami melihat dengan volume yang cukup besar, ini (anggaran subsidi energi) bisa mungkin terlewati,” ujarnya.
Adapun belanja subsidi energi mengalami peningkatan signifikan pada tahun ini, seiring dengan melonjaknya harga minyak mentah dunia. Asumsi Indonesian Crude Price (ICP) dalam APBN 2022 telah diubah menjadi 100 dollar AS per barrel, dari semula hanya 63 dollar AS per barrel. Tingginya subsidi komoditas energi juga menjadi salah satu alasan utama proyeksi anggaran belanja pada tahun ini membengkak, menjadi Rp 3.169,1 triliun.
Padahal, tanpa adanya lonjakan subsidi energi, target belanja negara sebenarnya hanya mencapai Rp 2.714,1 triliun. “Kurs kita juga perkirakan relatif lebih baik dibandingkan situasi saat ini, yang sangat volatile. Jadi sebetulnya dari sisi absolut subsidi masih sangat tebal,” terang Sri Mulyani.
Lebih lanjut Sri Mulyani menekankan pentingnya pengendalian pembelian BBM subsidi. Ini guna menjaga agar belanja subsidi energi tidak melebihi pagu anggaran yang telah disiapkan. “Kalau tidak (dikendalikan) pasti melewati. Bahkan yang Rp 502,4 triliun bisa terlewati apabila volume subsidi terkontrol,” imbuhnya. (Hartatik)
Foto banner: Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati berbicara di Jakarta Oktober 2018 (Ronny Kwok/shutterstock.com)
