Sekjen PBB: Target iklim 2035 terhambat, dampak buruk ketidakpastian global

Jakarta – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengeluarkan peringatan keras terkait prospek pencapaian target iklim dunia. Menurutnya, ketidakpastian global akibat konflik geopolitik, persaingan dagang, hingga krisis pandemi membuat sasaran iklim 2035 berisiko gagal dicapai.

“Kita berada di ambang kegagalan tujuan ini,” ujar Guterres dalam peringatan Hari Internasional untuk Pelestarian Lapisan Ozon, Selasa, 16 September. Ia menekankan bahwa upaya membatasi kenaikan suhu global maksimal 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri kini berada dalam kondisi genting.

Salah satu penyebab utama keterlambatan adalah lambannya negara-negara penyumbang emisi besar memperbarui komitmen iklim mereka, yang dikenal sebagai Nationally Determined Contributions (NDC). Target yang seharusnya diumumkan beberapa bulan lalu hingga kini masih tertunda.

“Negara-negara harus segera datang dengan rencana aksi iklim yang sepenuhnya selaras dengan target 1,5 derajat, mencakup seluruh sektor ekonomi dan semua emisi gas rumah kaca mereka,” tegas Guterres.

Ia menambahkan, waktu dunia sangat terbatas. “Kita benar-benar membutuhkan pengurangan emisi secara drastis dalam beberapa tahun ke depan jika ingin mempertahankan batas 1,5 derajat Celsius.”

COP30 jadi momentum penentu

Peringatan ini datang kurang dari dua bulan menjelang KTT Iklim COP30 di Brasil. Namun hingga kini, puluhan negara belum menyampaikan rencana iklim terbaru mereka, termasuk Tiongkok dan Uni Eropa, yang perannya dianggap krusial dalam diplomasi iklim global.

Untuk mengembalikan fokus internasional pada isu perubahan iklim, PBB akan menggelar Pekan Iklim di New York, dipimpin langsung oleh Guterres bersama Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva. Pertemuan tersebut diharapkan dapat menghidupkan kembali semangat kolektif menjelang COP30.

Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperkirakan, terdapat peluang 50:50 bahwa suhu rata-rata global akan meningkat 1,5 derajat Celsius antara tahun 2030–2035. Jika gagal menahan laju pemanasan, dunia akan menghadapi konsekuensi serius, mulai dari gelombang panas ekstrem, kerusakan ekosistem laut, hingga lonjakan bencana iklim.

Membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat, menurut IPCC, akan jauh lebih aman dibandingkan 2 derajat. Setiap peningkatan sepersekian derajat saja bisa memperburuk dampak yang sudah dirasakan masyarakat di seluruh dunia.

Tahun terpanas sepanjang sejarah

PBB juga mencatat, tahun 2024 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah. Kondisi ini memperkuat urgensi percepatan aksi iklim global.

“Ini bukan masalah untuk dibuat panik, tapi saatnya mengambil keputusan,” ujar Guterres kepada AFP yang dikutip Phys.org.

“Kita harus menekan negara-negara agar berani mengambil langkah berani, karena jika tidak, dunia akan menghadapi konsekuensi yang lebih buruk dari yang bisa dibayangkan.” (Hartatik)

Foto banner: Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada peluncuran “Adaptation Gap Report” UNEP 2024. Screenshot/UNEP

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles