Pertamina investasikan 14% dari total capex untuk EBT

Strategic and Investment SVP Pertamina, Daniel Purba pada briefing media virtual Pertamina Dubai Expo, Jumat (18/3). (Sumber: Pertamina media briefing)

JAKARTA – Sejalan dengan komitmen meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 17% pada 2030, PT Pertamina (Persero) mengatakan Jumat (18/3) bahwa perusahaan tersebut telah memasukkan rancangan modal belanja untuk investasi pada sektor itu pada periode 2022—2026 mencapai 11 miliar USD. Porsi tersebut mencapai 14% dari total belanja modal atau capital expenditure (capex) Pertamina pada periode yang sama.

Adapun capex terbesar Pertamina di tahun 2022—2026 masih berasal dari sektor hulu (upstream) yakni 34 miliar USD (46%) dan hilir (downstream) sebesar 28 miliar USD (37%). Adapun capex di sektor lainnya tercatat sebesar 2 miliar USD. Hal itu disampaikan SVP Strategic and Investment Pertamina, Daniel Purba dalam media briefing Pertamina Dubai Expo secara virtual.

Lebih lanjut, Daniel mengatakan, investasi dalam jumlah yang besar wajib dilakukan oleh Pertamina. Hal ini sejalan dengan upaya Pertamina mengawal transisi energi dan dekarbonisasi melalui portofolio bisnisnya.

“Pertamina telah menargetkan dapat mengurangi emisi karbon hingga 30% pada tahun 2030,” ujarnya.

Sejumlah proyek terkait EBT telah dirancang oleh Pertamina. Salah satunya adalah pengembangan pembangkit panas bumi yang kapasitasnya ditargetkan meningkat dari 672 megawatt (MW) pada 2020 menjadi 1.128 MW pada 2026. Pertamina juga mengembangkan proyek green hydrogen dari pembangkit EBT eksisting milik perusahaan dan grey hidrogen dari kilang minyak eksisting.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ahmad Yuniarto menyampaikan, Indonesia menempati posisi kedua paling banyak dalam instalasi pembangkit panas bumi di dunia. besaran energinya mencakup sebesar 2.276 MW dengan 13 pembangkit di Indonesia.

“Indonesia menempati posisi kedua paling banyak terkait instalasi pembangkit tenaga geothermal ini di dunia,” katanya.

Besaran itu masih berada dibawah Amerika Serikat dengan 3.722 MW. Di bawah Indonesia ada Filipina dengan 1.918 MW, Turki dengan 1.710, dan New Zealand dengan 1.037 MW.

Lebih lanjut, menurut materi paparannya, total kapasitas geothermal di seluruh dunia pada 2021 sebesar 15.854 MW yang tersebar di banyak negara di dunia. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles