Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan minggu ini, berbagai upaya untuk pengembangan EBT di Pulau Jawa akan menghadapi kendala. Pasalnya, kelebihan suplai listrik saat ini mencapai 5 Gigawatt (GW). “Ini menjadi kendala bagi pengembangan pembangkit energi baru terbarukan. Semakin didiversifikasi maka oversupply-nya akan semakin meningkat,” ujar Airlangga dalam acara Diskusi Ekonomi Berdikari.
Lebih lanjut, menurutnya, pengembangan pembangkit EBT merupakan program pemerintah di sektor ketenagalistrikan dalam mengejar target bauran EBT 23% pada 2025 dan 31% pada 2030. Hal ini sejalan dengan ambisi pemerintah mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060.
Sebagai tambahan informasi, pada 2022 lalu, pemerintah mencanangkan penambahan kapasitas pembangkit EBT hingga 12.529 megawatt. Adapun sampai November 2022 lalu, realisasi kapasitas pembangkit EBT terpasang sudah mencapai 12.526 MW.
Secara terperinci, kapasitas terpasang tersebut terdiri atas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 5.989 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mini (PLTM) 563 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 127 MW, Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi (PLTP) 2.343 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 153 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap 97 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 154 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) 2.914 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) 139 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) 28 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Bakar Nabati (PLTBn) 5 MW, PLT Hybrid 3,6 MW, Penerangan jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) 28 MW, Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) 11 MW.
Adapun bauran EBT dari kapasitas terpasang 12,5 MW tersebut baru mencapai 12,6% dari total bauran energi nasional pada 2022. Meski begitu capaian ini diproyeksikan terus meningkat, seiring komitmen pemerintah untuk menambah kapasitas terpasang hingga 368 MW pada 2023. (Hartatik)