Pemuda Papua Barat pimpin seruan global untuk pertahankan hutan.

Delegasi masyarakat adat Papua dan internasional berfoto bersama di bawah pohon merbau selama Kamp Pembela Hutan 2025 di hutan desa Sira, di kawasan adat Knasaimos, Sorong Selatan, Papua Barat Daya. 26 September 2025. © Jurnasyanto Sukarno / Greenpeace

Jakarta — Suara pemuda asli harus menjadi pusat perundingan iklim global, kata Greenpeace Indonesia, saat para pembela hutan dari Papua Barat dan daerah lain berkumpul untuk meluncurkan seruan bersama untuk bertindak.

“Sayangnya, suara pemuda, terutama pemuda asli, seringkali diabaikan dalam proses pengambilan keputusan. Harapan saya adalah agar dari kamp pembela hutan ini, suara kita dapat terdengar di tingkat nasional dan internasional,” kata Nabot Sreklefat dari Komunitas Pemuda Asli Knasaimos di Papua Barat.

Kata-kata Nabot membuka Kamp Pembela Hutan di Desa Sira, wilayah Tehit-Knasaimos, tempat 89 pemuda asli dari hutan hujan tropis utama di seluruh dunia berkumpul untuk membentuk front bersatu melawan krisis iklim dan keanekaragaman hayati yang saling terkait. Kamp yang berlangsung selama seminggu ini mengumpulkan perwakilan dari ketujuh wilayah adat di Papua Barat, bersama dengan delegasi dari Amazon, Lembah Kongo, dan Borneo.

Deklarasi Sira

Acara tersebut mencapai puncaknya dengan Deklarasi Sira, seruan bersama kepada para pemimpin dunia untuk secara hukum mengakui hak-hak masyarakat adat, memberikan akses langsung ke dana iklim, dan melindungi wilayah leluhur. Deklarasi ini menekankan bagaimana komunitas adat—yang berperan sebagai penjaga garis depan hutan—hadapi ancaman bersama dari deforestasi, perampasan tanah, dan pengucilan dari proses pengambilan keputusan kebijakan.

Bagi Indonesia, deklarasi ini menyoroti hutan-hutan Papua Barat, yang termasuk di antara hutan-hutan dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Greenpeace Indonesia mendesak para pemimpin global untuk mendengarkan langsung pesan dari kamp tersebut.

“Krisis iklim dan keanekaragaman hayati yang saling terkait merupakan ancaman global yang mengancam kelangsungan hidup generasi muda. Suara yang harus didengar oleh para pemimpin dunia adalah suara para penjaga sejati hutan kita. Pemuda asli adalah kunci masa depan Bumi,” kata Kiki Taufik, Kepala Kampanye Hutan Indonesia Greenpeace Global.

Aliansi global

Pemimpin Amazonia Nathalia Kycendekarun Apurinã menyoroti urgensi tersebut, menekankan bahwa pengetahuan asli merupakan inti dalam mengatasi krisis global. “Krisis iklim membutuhkan partisipasi semua pihak – pemerintah, perusahaan, dan organisasi internasional – untuk bergabung dengan kami,” kata juru bicara Koordinasi Organisasi Asli Amazon Brasil (COIAB) tersebut.

Dia menambahkan bahwa “solusi itu ada, dan berakar pada pengetahuan tradisional kita serta hubungan kita dengan alam. Saatnya bertindak adalah sekarang”.

Deklarasi Sira akan dibawa ke pembicaraan internasional, termasuk Konferensi Iklim PBB (COP30) di Belem, Brasil, pada bulan November ini. (nsh)

Foto banner: Seorang perempuan asli Papua dari suku Tehit berdiri di bawah pohon Merbau selama Kamp Pembela Hutan 2025 di hutan desa Sira, di kawasan adat Knasaimos di Selatan Sorong, Papua Barat Daya. 26 September 2025. © Jurnasyanto Sukarno / Greenpeace

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles