Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin), World Resources Institute (WRI) Indonesia, dan Institute for Essential Services Reform (IESR) merilis Peta Jalan Dekarbonisasi Industri yang diharapkan mampu meningkatkan daya saing sekaligus mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 5,11 persen pada 2060.
Dalam keterangan tertulis, pada acara Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025, Jumat, 22 Agustus, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk mempercepat transformasi industri menuju emisi rendah.
“Dokumen ini adalah fondasi bagi industri nasional untuk bisa bersaing di tengah ketatnya standar emisi global. Kami ingin memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat sejalan dengan target net-zero,” ujarnya.
Peta jalan ini menargetkan capaian emisi nol bersih pada 2050, lebih cepat dari target nasional 2060. Langkah tersebut sangat penting mengingat sektor industri saat ini menyumbang 34 persen emisi nasional, sekaligus menjadi motor ekonomi dengan kontribusi 18,9 persen PDB dan menyerap lebih dari 19,3 juta tenaga kerja.
Menurut Apit Pria Nugraha, Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin, dokumen ini mencakup 9 subsektor energi-intensif yakni semen, besi dan baja, pupuk, kimia, pulp dan kertas, tekstil, kaca dan keramik, otomotif, serta makanan dan minuman.
“Proyeksi reduksi emisi signifikan bisa dicapai, yakni sebesar 66,5 juta tCO₂e pada 2035 dan meningkat menjadi 289,7 juta tCO₂e pada 2050. Namun, dokumen ini masih bersifat living document yang akan terus diperbarui,” jelas Apit.
Lima strategi dekarbonisasi
Adapun rancangan peta jalan disusun dengan lima strategi utama. Di antaranya efisiensi energi dan material, penggantian bahan bakar dan material, elektrifikasi dengan listrik rendah karbon, pemutakhiran proses industri, serta penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS).
Chief Executive Officer (CEO) IESR, Fabby Tumiwa, menegaskan pentingnya peta jalan ini dalam mendukung ambisi pemerintahan Presiden Prabowo.
“Pertumbuhan ekonomi 8 persen mustahil tercapai jika industri tidak melakukan transisi energi. Dengan peta jalan, produk Indonesia bisa memenuhi standar rendah emisi internasional, menarik investasi, sekaligus membuka peluang lapangan kerja baru,” tegasnya.
Sementara itu, Nirarta Samadhi, Country Director WRI Indonesia, menekankan perlunya tiga pilar untuk mendorong transformasi industri hijau: energi rendah karbon yang terjangkau, pendanaan hijau yang inovatif, serta regulasi terpadu. “Capaian dekarbonisasi hanya mungkin terwujud jika energi, pembiayaan, dan regulasi berjalan seiring dalam sebuah ekosistem hijau yang menyeluruh,” katanya.
Kemenperin memastikan peta jalan ini akan ditindaklanjuti dengan dua laporan resmi. Pertama laporan teknis (September 2025), mencakup trayektori penurunan emisi industri, strategi dekarbonisasi, serta kebutuhan energi dan material. Kedua laporan kebijakan (Maret 2026), berisi analisis kesenjangan kebijakan di bidang teknologi, pendanaan, dan regulasi.
Lebih jauh, pada September 2026 Kemenperin akan menerbitkan Peraturan Menteri Peta Jalan Dekarbonisasi Industri secara bertahap untuk tiap subsektor. (Hartatik)
Foto banner: Gambar dibuat oleh DALL-E OpenAI melalui ChatGPT (2024)