Jakarta – Indonesia sedang berpacu untuk mencapai ambisi “Indonesia Emas 2045,” yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menyamai pendapatan per kapita negara maju dan mengurangi emisi gas rumah kaca, menurut seorang pejabat Bappenas, salah satunya dengan transisi ke energi terbarukan.
Ervan Maksum, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana di Kementerian PPN/Bappenas, menyoroti peran penting transisi energi sebagai “game changer” (pengubah signifikan) dalam mencapai Indonesia Emas 2045. Menurutnya, penyediaan energi berkelanjutan adalah kunci untuk memenuhi kebutuhan dasar, mendukung aktivitas ekonomi, dan mencapai perkembangan yang berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.
“Transisi energi tidak hanya bergantung pada penggunaan teknologi modern, tetapi juga memerlukan dukungan regulasi dan lembaga yang tepat. Melalui langkah-langkah transisi energi ini, kita berharap untuk memenuhi komitmen Indonesia kepada dunia dengan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 32%-43% pada tahun 2030, serta mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat,” ujar Ervan pada Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2023.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yudo Dwinanda Priaadi menyebutkan bahwa pemerintah telah merancang Peta Jalan Pengakhiran Dini Operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara sesuai dengan Perpres 112/2022.
Salah satu tujuan dari peta jalan ini adalah mengakhiri operasional PLTU batubara sebelum 2030, dengan total kapasitas sebesar 6,1 GW.“Pengakhiran dini operasional PLTU batubara juga termasuk dalam lima area fokus investasi Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan target mencapai puncak emisi 290 juta ton karbon dioksida ekuivalen.,” imbuh Yudo. (Hartatik)
Foto banner: Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2023 berlangsung pada 10-13 Oktober 2023 di Jakarta. (Sumber: IESR)
