Akses energi merata butuh modal investasi USD 1,4 triliun

Jakarta – Keterbatasan akses energi banyak dialami negara-negara berkembang di Afrika dan Asia. Setidaknya ada 14 negara yang menderita lantaran tidak memiliki akses listrik dan bahan bakar memasak bersih. Menurut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Energi dan Sumber Daya Mineral Prahoro Yulianto Nurtjahyo, minggu lalu, untuk mengatasinya perlu suntikan modal besar dari para investor.

“Secara global kita butuh investasi sekitar USD 30 sampai 35 miliar per tahun untuk (penanganan) akses listrik dan USD 5 sampai 7 miliar USD per tahun untuk akses memasak bersih. Total, setidaknya kita butuh suntikan investasi USD 1,4 triliun per tahun hingga 2030 untuk dua isu tersebut,” ujar Prahoro dalam G20 Webinar Series, Jumat (29/4).

Lebih lanjut, menurutnya, lanskap masalah dan sistem energi yang beragam menjadi tantangan tersendiri bagi negara berkembang dan emerging economies. Peningkatan dan perluasan akses energi di negara-negara tersebut harus menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan, tantangan, hingga kapasitas wilayah yang ditetapkan.

“Setiap kebijakan, program, dan efektivitas aksi harus dilakukan melalui model bisnis dan instrumen pembiayaan yang inovatif,” imbuhnya.

Kebutuhan adopsi akan pilihan teknologi yang inovatif juga diperlukan dengan tetap mempertimbangkan pula keragaman sumber energi lokal. “Inovasi teknologi ini harus didukung oleh lingkungan dan iklim bisnis yang lebih baik untuk menciptakan lebih banyak peluang, melibatkan pemangku kepentingan terkait, dan memanfaatkan keunggulan kemitraan publik-swasta,” ujar Prahoro.

Standar Minimum Energi Modern

Ia menekankan pencapaian akses energi berkelanjutan harus sejalan dengan pencapaian transisi energi yang adil dan merata. “Aspek pemerataan people-centered transitions dapat dipastikan melalui perencanaan program dan implementasi yang terukur dalam memenuhi Standar Minimum Energi Modern,” terangnya.

Standar baru ini diharapkan dapat mendukung emerging market dan negara berkembang, termasuk negara kurang berkembang untuk meningkatkan tingkat pembangunan, mencukupi kebutuhan sosial ekonomi, dan menciptakan peluang ekonomi bermanfaat lainnya untuk pertumbuhan berkelanjutan, termasuk pekerjaan yang layak dan mata pencaharian yang berkualitas.

Menurut Prahoro, Forum G20 diharapkan memiliki potensi besar untuk menjadi faktor kunci untuk mendorong pencapaian akses energi dalam aksi dekade ini. Pertumbuhan ekonomi yang layak dan prospek pasar yang menjanjikan harus dikombinasikan dengan inovasi dalam bisnis, teknologi, dan pembiayaan akan merangsang investasi lebih lanjut dan kemitraan internasional dalam akses energi berkelanjutan.

“Kami berencana untuk memperkuat rekomendasi, praktik, dan pengalaman dalam akses energi berkelanjutan dalam memperkuat hasil utama Energy Transitions Working Group (ETWG) G20 di tingkat Menteri. Harapannya, kebutuhan ini dapat dipromosikan ke forum Pemimpin G20 sebagai bagian integral dari G20 Comprehensive Exit Strategy to Support Recovery,” tukasnya. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles