Temuan BMKG: Kualitas udara pengaruhi perubahan iklim

Prakiraan Musim Kemarau 2022 di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami Awal Musim Kemarau 2022 pada kisaran bulan April hingga Juni 2022. Sumber: BMKG

Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis temuan tentang korelasi kualitas udara berpengaruh pada terjadinya perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Koordinator Sub Bidang Informasi Gas Rumah Kaca BMKG, Alberth Nahas dalam rilis tertulis tentang status informasi kualitas udara Indonesia, Jumat (1/4).

Lebih lanjut, menurut Alberth, tren konsentrasi kualitas udara, khususnya di daerah-daerah tertentu masih menunjukkan adanya tingkat polusi yang cukup tinggi.

“Terdapat keterkaitan apabila kualitas udara suatu wilayah buruk, masalah perubahan iklimnya juga meningkat akibat kenaikan suhu yang terjadi,” ujar Alberth.

Berdasarkan pantauan BMKG, Alberth menjelaskan bahwa di Jakarta serta beberapa kota di pulau Sumatera tren particulate matter (PM) 2,5 masih lumayan tinggi. Kemudian, lanjutnya, berdasarkan monitoring dari BMKG di salah satu lokasi di Sumatera menunjukkan bahwa tren gas rumah kaca khususnya untuk konsentrasi CO2 juga terus meningkat.

“Kami juga sudah melakukan monitoring terhadap perubahan temperature. Dari data yang kami miliki sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 2021 kemarin, memang tercatat adanya peningkatan temperatur secara rata-rata di seluruh Indonesia, seluruhnya diambil melalui stasiun BMKG,” imbuhnya.

Alberth mengungkapkan, kenaikan temperatur ini memiliki dampak terhadap perubahan iklim yang menyebabkan perubahan pola musim. Ia pun mencontohkan, musim hujan yang seharusnya terjadi di bulan-bulan tertentu, kemudian bergeser. Begitu pula sebaliknya dengan perubahan musim kemarau.

“Dampak atau konsekuensinya bisa terjadi bencana seperti banjir, juga kebakaran hutan dan lahan kabut asap yang semuanya turunan dari apa yang terjadi karena perubahan iklim,” ucapnya.

Menurut Alberth, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan langkah yang harus diambil. “Tidak hanya secara regulasi dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat secara umum untuk meminimalkan dampak iklim itu sendiri.”

PM 2,5 merupakan salah satu partikel yang terhirup di udara. PM 2.5 bisa meningkat karena udara panas, kebakaran, dan polusi lingkungan. Jika dihirup, partikel udara ini bisa berbahaya bagi tubuh, terutama paru-paru dan jantung. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles