Tahun ini, pemerintah kejar target rasio elektrifikasi 100%

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM Rida Mulyana memberikan paparan dalam G20 Webinar Series: Achieving Global Energy Access Goals in the Decade of Action, dikutip Jumat (29/4). (Foto: Hartatik)

Jakarta – Pemerintah Indonesia serius dalam peningkatan akses energi global yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, tiga prinsip utama menjadi sorotan yakni yaitu pasokan listrik yang memadai, kualitas pasokan listrik yang diterima, dan harga listrik yang terjangkau.

“Akses energi di Indonesia, salah satunya dapat direfleksikan dengan capaian rasio elektrifikasi. Hingga tahun 2021, rasio elektrifikasi Indonesia telah mencapai 99,45 persen, sementara rasio desa berlistrik sudah pada level 99,62 persen,” ungkap Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM Rida Mulyana dalam acara virtual G20 Webinar Series: Achieving Global Energy Access Goals in the Decade of Action, dikutip Jumat (29/4).

Pemerintah menargetkan penyediaan listrik di seluruh wilayah Indonesia dengan capaian 100% pada akhir 2022. Di samping rasio elektrifikasi, pemerintah menetapkan target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.

Lebih lanjut, Rida menjelaskan, hingga akhir 2021, realisasi capaian EBT sudah mencapai 14 persen dalam bauran energi pembangkit listrik. Transisi energi bersih diproyeksikan sepenuhnya dengan implementasi dekarbonisasi pada 2060 atau lebih cepat.

“Beberapa kebijakan sudah diimplementasikan oleh pemerintah, di antaranya tidak ada penambahan pembangkit listrik berbasis batubara kecuali yang sudah berkontrak atau sedang konstruksi,” imbuhnya.

Selanjutnya, terdapat penambahan pembangkit listrik dari sumber berbasis EBT. Pada 2030, terdapat tambahan 21 Giga Watt (GW) dari pembangkit listrik energi terbarukan tambahan.

“Dari target itu, kami sudah memiliki listrik 11,1 GW.”

Selain itu, Indonesia juga menerapkan kebijakan konversi pembangkit listrik berbahan bakar solar menjadi pembangkit EBT, seperti PLT Surya Fotovoltaik yang akan memproduksi sekitar 1 GW energi yang lebih bersih.

Ada juga meningkatkan konektivitas jaringan untuk memobilisasi sumber EBT ke pusat-pusat permintaan dan mempercepat elektrifikasi melalui program instalasi akses listrik baru.

“Kami sudah melistriki lebih dari 192 ribu rumah tangga berpenghasilan rendah yang saat ini tidak memiliki akses langsung ke listrik,” tegas Rida.

Melalui terobosan kebijakan tersebut, Rida berharap menjadi langkah awal menuju masa depan energi Indonesia yang lebih berkelanjutan.

“Saya berharap Indonesia dan negara-negara lain dapat belajar bersama dalam mencapai akses energi universal dan transisi energi yang bersih, adil, dan berkelanjutan,” pungkas Rida. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles