Jakarta – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres menyatakan bahwa dunia sedang berada di “titik puncak era baru” yang ditenagai oleh energi bersih, dan mendesak pemerintah, para pemimpin industri, dan masyarakat sipil untuk memanfaatkan momen penting ini guna mempercepat transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Dalam sebuah pidato utama yang berjudul “A Moment of Opportunity: Supercharging the Clean Energy Age,” pada hari Selasa, 22 Juli, Guterres menunjuk pada peningkatan tajam dalam investasi global di bidang energi bersih – mencapai USD 2 triliun tahun lalu, melampaui investasi bahan bakar fosil sebesar USD 800 miliar – sebagai bukti bahwa sebuah pergeseran global tengah berlangsung. “Bahan bakar fosil hampir habis,” katanya. “Matahari telah terbit di era energi bersih.”
Pidato Guterres ini bersamaan dengan dirilisnya laporan khusus yang didukung oleh PBB yang menguraikan kemajuan yang telah dicapai sejak Perjanjian Paris dan tindakan-tindakan mendesak yang diperlukan untuk memastikan transisi yang cepat dan adil. “Masa depan energi bersih bukan lagi sebuah janji – ini adalah sebuah fakta,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa tidak ada satu pun pemerintah atau kelompok lobi yang dapat membalikkan momentumnya.
Kepala PBB tersebut menguraikan enam area peluang utama untuk mempercepat transisi: pertama, dengan menggunakan “rencana iklim nasional yang baru”. Guterres meminta negara-negara G20-yang bertanggung jawab atas 80% emisi global-untuk menyampaikan komitmen iklim nasional yang baru menjelang COP30 di Brasil. Rencana-rencana ini harus selaras dengan target 1,5°C dan memprioritaskan transisi penuh dari bahan bakar fosil.
Kedua, memanfaatkan momen untuk membangun sistem energi abad ke-21, dengan menyoroti kebutuhan mendesak untuk berinvestasi pada jaringan listrik, penyimpanan, dan efisiensi energi, dengan mencatat bahwa energi terbarukan sedang dibangun lebih cepat daripada yang dapat disambungkan. Ketiga, dengan melonjaknya permintaan energi dari teknologi seperti AI dan keuangan digital, Guterres mendesak perusahaan-perusahaan teknologi raksasa untuk berkomitmen pada pusat data bertenaga terbarukan 100% pada tahun 2030.
Peluang keempat yang disebutkan Guterres adalah “transisi energi yang adil”. Pergeseran energi harus mendukung para pekerja yang bergantung pada bahan bakar fosil dan masyarakat yang rentan, katanya. Guterres juga mengutuk praktik-praktik eksploitasi dalam rantai pasokan mineral yang kritis dan menyerukan reformasi yang didasarkan pada keadilan dan kesetaraan.
Kelima, menggunakan perdagangan dan investasi untuk mempercepat transisi energi. Sekretaris Jenderal menekankan perlunya menghapus tarif pada teknologi energi bersih dan memodernisasi perjanjian investasi yang telah digunakan oleh perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil untuk memblokir kemajuan.
Poin terakhirnya adalah “kesempatan untuk mengerahkan kekuatan penuh keuangan” bagi negara-negara Selatan. Meskipun memiliki potensi tenaga surya yang melimpah, Afrika hanya menerima 2% dari investasi energi bersih global pada tahun 2024. Guterres menyerukan peningkatan lima kali lipat dalam pembiayaan energi bersih untuk negara-negara berkembang pada tahun 2030, bersamaan dengan reformasi sistem keuangan global, modal yang lebih terjangkau, dan mekanisme keringanan utang.
Ia mencatat bahwa pada tahun 2023, sektor energi bersih menyumbang 10% dari pertumbuhan PDB global, dengan kontribusi utama dari Tiongkok (20%), Uni Eropa (33%), dan Amerika Serikat (6%). “Bahkan Texas, pusat industri bahan bakar fosil Amerika, kini memimpin Amerika Serikat dalam hal energi terbarukan,” ujar Guterres.
“Negara-negara yang berpegang teguh pada bahan bakar fosil tidak melindungi ekonomi mereka-mereka menyabotase ekonomi mereka,” tambahnya.
Guterres menutup dengan sebuah seruan: “Era bahan bakar fosil sedang terpuruk dan gagal. Kita berada di awal era energi baru… Tapi itu tidak akan terjadi dengan sendirinya. Tidak cukup cepat. Tidak cukup adil. Hal ini tergantung pada kita.”
COP30 akan berlangsung di Belem, Brasil, pada bulan November ini, di mana Guterres diharapkan dapat terus mendorong transisi energi global yang ambisius, inklusif, dan adil. (nsh)
Foto banner: Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres. (Tangkapan layar kanal YouTube PBB)