Potensi nikel Maluku Utara jadi tumpuan Indonesia

Jakarta – Para ekonomi berpendapat bahwa potensi nikel yang dimiliki Provinsi Maluku Utara dapat menjadi andalan masa depan Indonesia. Kajian mereka mengatakan bahwa provinsi di bagian timur tanah air itu memiliki cadangan nikel yang bisa diolah menjadi bahan baku baterai mobil listrik sampai 73 tahun ke depan.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada 2022 sebesar 23,4% merupakan yang tertinggi di Indonesia, didorong oleh industri hilirisasi nikel. “Maluku Utara bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dan menjadi rantai terpenting dalam industri otomotif berbasis listrik dunia,” ungkap Josua.

Ia pun memaparkan data bahwa sebanyak 99,76% cadangan nikel Indonesia tersebar di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua atau disebut Sulampua. Sampai dengan tahun 2021, kata Josua total cadangan nikel Sulampua mencapai 4,6 miliar ton. Dari sisi produksi, pada tahun 2021 produksi nikel Indonesia mencapai 1 juta ton atau tertinggi di dunia.

Permintaan olahan nikel global diperkirakan mencapai 3,2 juta ton pada 2024, lantaran didorong oleh upaya pengurangan emisi melalui transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Begitu pun produksi pertambangan nikel dunia diprakirakan mencapai 3,4 juta ton pada 2024.

“Industri pengolahan nikel Indonesia diperkirakan menyumbang 1,4 juta ton, atau lebih dari 40% produksi global,” imbuhnya.

Lebih lanjut, menurut data itu, sepanjang periode 2017 hingga Triwulan I 2022, kontribusi Sulampua terhadap Perusahaan Modal Asing (PMA) Logam Dasar dan Barang Logam mencapai 80,8 persen atau USD 22,1 miliar. Dari sisi Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN), kontribusi Sulampua terhadap nasional mencapai 15,4% atau Rp 9,4 triliun.

Sementara itu Josua menambahkan bahwa di Maluku Utara, Harita Nickel berhasil melakukan hilirisasi nikel dengan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leach) yang mampu memproduksi bahan baku untuk baterai mobil listrik.

“Jadi industri ini harus didukung dan didorong. Ini bisa menjadi pusat perekonomian nasional, dan pertumbuhan ekonomi dari hilirisasi nikel berkontribusi mengurangi tingkat pengangguran di Maluku Utara yang prosentasenya lebih rendah dari rata-rata nasional,” tambah Josua.

Josua mengatakan hilirisasi nikel akan memberikan dampak ekonomi bagi warga lokal karena akan membuka peluang rantai pasok bagi industri. Pada gilirannya akan mendorong perbaikan kesejahteraan Maluku Utara. “Industri nikel ini dampak rambatannya terhadap sektor lain juga sangat banyak. tidak hanya membuka lapangan kerja, namun juga peluang usaha. Di tengah pandemi, jumlah orang bekerja di Maluku Utara terus meningkat, karena adanya hilirisasi nikel,” kata Josua.

Namun pertumbuhan ekonomi yang salah satunya didorong oleh industri hilirisasi nikel ini tidak bisa dilepaskan dari komitmen operasional tambang dan hilirisasi yang berkelanjutan dengan berperan aktif dalam perlindungan lingkungan. Hal ini pun tidak luput dari perhatian Harita Nickel sebagai korporasi hilirisasi nikel di Maluku Utara yang terus berusaha menyeimbangkan kegiatan operasional berkelanjutan dan komitmen penuh dalam pengelolaan lingkungan. (Hartatik)

Foto banner: Tambang nikel di Sulawesi Selatan (Putu Artana/shutterstock.com)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles