
Jakarta – Tiga desa di Bali kini mendapat tambahan akses listrik ramah lingkungan setelah empat instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas total 15,37 kWp resmi beroperasi. Peresmian dilakukan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Pemerintah Provinsi Bali di Desa Banjarasem, Kabupaten Buleleng, Rabu, 27 Agustus.
Chief Executive Officer (CEO) IESR, Fabby Tumiwa, menyebut proyek ini dirancang untuk memastikan masyarakat desa merasakan langsung manfaat energi terbarukan. “Energi surya harus hadir dalam kehidupan masyarakat desa, bukan hanya memenuhi listrik, tapi juga menopang ekonomi rakyat dan pelayanan publik. Inilah wajah nyata transisi energi yang inklusif,” ujar Fabby.
Empat instalasi PLTS tersebar di tiga kabupaten, masing-masing dengan fungsi spesifik. Di Desa Banjarasem, Buleleng: PLTS 3,48 kWp serta baterai 4,8 kWh terpasang di Kantor Perbekel.
Di Desa Baturinggit, Karangasem terpasang PLTS 3,48 kWp dan baterai 4,8 kWh untuk pompa air desa; di Desa Batununggul, Nusa Penida, Klungkung terpasang PLTS 5,95 kWp dan baterai 4,8 kWh di Kantor Camat Nusa Penida, dan PLTS 2,46 kWp dengan baterai 5,12 kWh di SD Negeri 1 Batununggul.
Sistem PLTS di Banjarasem, Baturinggit, dan SD Batununggul telah beroperasi sejak Juli 2025, sementara instalasi di Kantor Camat Nusa Penida ditargetkan aktif penuh pada September 2025.
Manfaat nyata untuk warga
PLTS di Desa Baturinggit mendukung operasional pompa air Pamsimas yang melayani 150 kepala keluarga. Pengelolaannya dilakukan oleh BUMDes dengan teknisi lokal yang sudah dilatih. Di Banjarasem, listrik dari PLTS membantu kegiatan balai desa dan pelayanan publik. Di Batununggul, PLTS di kantor camat dan sekolah mendukung target Nusa Penida 100 persen energi terbarukan pada 2030.
“PLTS ini bisa mengurangi beban tagihan listrik desa hingga 60 persen. Anggaran yang biasanya dipakai untuk bayar listrik bisa dialihkan ke program produktif lain,” jelas Fabby.
Bali memiliki potensi energi surya sekitar 22 gigawatt (GW), namun pemanfaatannya masih kurang dari satu persen. IESR menilai inisiatif desa berbasis energi terbarukan merupakan langkah awal menuju kemandirian energi Bali serta penguatan ekonomi lokal.
Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, yang hadir dalam peresmian mewakili Gubernur Bali, menegaskan pentingnya memperluas replikasi proyek serupa.
“Pemahaman sederhana tentang manfaat PLTS harus disampaikan kepada masyarakat. Kalau mereka bisa merasakan efisiensi dan manfaatnya, otomatis ketertarikan beralih ke energi terbarukan akan tumbuh,” kata Dewa Made.
Pendanaan proyek PLTS ini didukung oleh lembaga filantropi ViriyaENB, yang sejak 2023 ikut serta dalam inisiatif Bali Net Zero Emission (NZE) 2045.
IESR berharap model proyek percontohan ini bisa ditiru oleh desa lain di Bali, dengan dukungan dari pemerintah kabupaten/kota, pusat, serta pendanaan publik maupun swasta. (Hartatik)
Foto banner: Gambar dibuat oleh DALL-E OpenAI melalui ChatGPT (2025)