Jakarta — Pemimpin muda dari seluruh Asia Tenggara berkumpul di ASEAN Youth Exchange (AYE) 2025 di Bangkok untuk membahas bagaimana nilai-nilai bisnis keluarga dapat mendorong kepemimpinan berkelanjutan bagi masa depan kawasan ini.
Taylor’s Centre for Family Business (TCFB), mitra AYE 2025, menyatakan pada Selasa, 30 September, bahwa program ini bertujuan untuk mengembangkan kepemimpinan muda yang menggabungkan keberlanjutan, inovasi, dan kelangsungan budaya. “Warisan keluarga tidak statis—ia berkembang ketika tujuan memimpin,” kata pusat tersebut, menambahkan bahwa peran generasi berikutnya adalah untuk mewarisi dan berinovasi.
Delegasi dari Taylor’s University, Malaysia, menyatakan bahwa suksesi dalam perusahaan keluarga tidak lagi hanya tentang transfer kepemilikan, tetapi juga tentang pengelolaan tujuan, sumber daya manusia, dan planet. Pertukaran ini, yang diselenggarakan bersama dengan ASEAN Youth Organisation, menyoroti peran keberlanjutan, inovasi, dan warisan budaya dalam membentuk kepemimpinan yang tangguh.
Pertemuan yang diselenggarakan di Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP) menekankan pentingnya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030. Para delegasi membahas model-model yang berorientasi pada dampak, seperti daur ulang limbah makanan dan platform kesehatan mental digital, yang sejalan dengan kerangka kerja Akreditasi Usaha Sosial Malaysia.
Perusahaan keluarga di Thailand menjadi contoh bagaimana perusahaan warisan mengadopsi inovasi ramah lingkungan—dari energi surya hingga daur ulang plastik—tanpa mengabaikan nilai-nilai generasional mereka. Di Malaysia, di mana perusahaan keluarga berkontribusi signifikan terhadap PDB, model-model ini menunjuk pada jalur di mana tradisi mendorong transformasi. (nsh)
Foto banner: Delegasi Universitas Taylor setelah mengikuti workshop di Universitas Thammasat, yang dipandu oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), di mana mereka membahas tema-tema refleksi diri, empati, dan praktik kepemimpinan inklusif selama AYE 2025. (Sumber: TCFB)