Pertamina, PLN kembangkan 19 proyek panas bumi senilai Rp88 triliun

Jakarta – PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) menjalin kerjasama strategis untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi melalui 19 proyek pembangkit dengan kapasitas total 530 megawatt (MW). Nilai investasinya mencapai USD 5,4 miliar atau setara Rp88 triliun.

Kesepakatan ini ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di Jakarta pada Selasa, 5 Agustus, antara anak usaha Pertamina dan PLN, yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) dan PLN Indonesia Power (PLN IP).

Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menegaskan bahwa kerja sama ini bukan sekadar proyek, melainkan misi besar untuk mendorong bauran energi nasional berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).

“Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, yakni 24 GW, tetapi kapasitas terpasangnya baru sekitar 2,5 GW. Ini adalah peluang besar. Lewat sinergi dengan PLN, kami siap menggandakan pemanfaatan panas bumi sebagai tulang punggung energi bersih nasional,” tegas Simon.

Simon menyebut bahwa kolaborasi ini dirancang dengan prinsip optimalisasi wilayah kerja panas bumi (WKP) milik masing-masing pihak dan percepatan proyek berbasis kajian teknis dan komersial yang matang. “Melalui konsorsium PGE dan PLN IP, kami menargetkan realisasi kapasitas 1 GW dalam 2 hingga 3 tahun mendatang sebagai bagian dari strategi cepat,” ujarnya.

Fokus utama: Ulubelu dan Lahendong

Komitmen konkret ditunjukkan melalui penandatanganan Head of Agreements dan Consortium Agreement antara PGE dan PLN IP untuk proyek bottoming unit di dua wilayah yakni Ulubelu (30 MW) dan Lahendong (15 MW).

Kedua proyek ini masuk kategori Independent Power Producer (IPP) cogeneration project, yang ditujukan untuk memaksimalkan sisa panas dari pembangkit eksisting menjadi energi tambahan.

Dalam kesempatan yang sama, CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, menyebut bahwa sinergi antar-BUMN dalam proyek geothermal ini menjadi wujud nyata tata kelola energi strategis nasional.

“Ini bukan hanya soal proyek energi, tapi juga upaya membangun kemandirian energi nasional dengan pendekatan berkelanjutan dan profesional. Danantara Indonesia mendukung penuh inisiatif ini sebagai bagian dari ekonomi rendah karbon,” ujar Rosan.

Ia menambahkan bahwa ruang lingkup kerja sama mencakup skema kolaborasi, pemanfaatan WKP, studi kelayakan, serta pembentukan tim kerja bersama yang akan mengawal proyek hingga tuntas. Potensi maksimal dari sinergi ini diproyeksikan bisa mencapai 1.130 MW.

Kolaborasi antara Pertamina dan PLN akan mempercepat pencapaian target bauran EBT serta mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. (Hartatik)

Foto banner: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Unit 5 dan 6 di Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Foto: Hartatik

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles