Jakarta – Sebuah laporan terbaru dari GlobalData menemukan bahwa meskipun terjadi penurunan secara umum dalam volume pembakaran gas (gas flaring) global, lima negara yang melakukan pembakaran gas – Rusia, Iran, Irak, Aljazair, dan Venezuela – tidak banyak mengalami perubahan dalam tingkat pembakaran gas mereka. Industri ini sekarang berkolaborasi dengan penyedia teknologi dan peralatan untuk mengeksplorasi solusi alternatif untuk mengelola gas yang terdampar, kata kelompok tersebut dalam sebuah siaran pers.
Laporan tematik, “Gas Flaring,” menyoroti peningkatan upaya untuk menghasilkan uang dari gas yang terdampar, terutama di Amerika Serikat, Inggris, dan Norwegia. Industri minyak dan gas telah menghadapi pengawasan yang semakin ketat terhadap pembakaran gas-gas yang dihasilkan selama ekstraksi minyak mentah, kata laporan tersebut.
Negara-negara terkemuka yang melakukan pembakaran gas terus mengeluarkan emisi dalam jumlah besar karena ketergantungan ekonomi mereka pada ekspor minyak dan terbatasnya akses ke teknologi mitigasi. Para pemimpin industri seperti BP, Chevron, ExxonMobil, Saudi Aramco, Shell, dan TotalEnergies secara aktif terlibat dalam upaya mengurangi pembakaran gas.
Ravindra Puranik, seorang Analis Minyak dan Gas di GlobalData, berkomentar: “Aktivitas pembakaran gas telah lama dikaitkan dengan produksi minyak mentah. Ketika minyak mentah menjadi tulang punggung ekonomi dunia, pembakaran gas menjadi lebih umum. Akhirnya, orang-orang mulai menyadari dampak buruk terhadap lingkungan dan kerugian moneter yang disebabkan oleh pembakaran gas. Hal ini menghasilkan upaya global untuk memantau dan memitigasi aktivitas pembakaran gas.”
Beberapa perusahaan minyak dan pemerintah nasional telah menandatangani inisiatif Zero Routine Flaring pada tahun 2030, sebuah upaya global yang dipimpin oleh Bank Dunia. Upaya ini mencoba mengurangi pembakaran gas melalui pemantauan emisi rutin dan dukungan bagi para pelaku industri. Kolaborasi antara investor, pemerintah, dan perusahaan minyak ini telah menghasilkan tren penurunan volume pembakaran gas secara global.
Meskipun pembakaran gas mencegah pelepasan metana secara langsung ke atmosfer, kegiatan ini masih menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah yang signifikan. Para investor yang sadar lingkungan menekan perusahaan minyak dan gas untuk mengurangi aktivitas pembakaran dan ventilasi. Bank Dunia tetap menjadi pendukung utama pengurangan emisi melalui inisiatif yang sedang berlangsung.
Puranik menyimpulkan: “Perjanjian Paris tahun 2015 telah meningkatkan upaya untuk mengurangi pembakaran global. Peraturan baru telah diperkenalkan di negara-negara seperti AS dan beberapa negara di Timur Tengah, yang telah membantu mengurangi volume pembakaran. Bahkan ketika permintaan minyak bangkit kembali pada tahun 2022 dan ekonomi dunia mulai pulih, volume pembakaran relatif rendah dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut di masa mendatang, melalui kerja sama global.” (Hartatik)