Pemerintah targetkan program B50 pada tahun 2026, proyeksikan penghematan USD10,8 miliar

Jakarta – Pemerintah menyatakan siap mempercepat transisi energi dengan menerapkan program mandatori B50 di tahun 2026. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, Selasa, 14 Oktober, bahwa program ini adalah bagian dari upaya menuju kemandirian pasokan bahan bakar nasional.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, implementasi program biodiesel dari tahun 2020 hingga 2025 telah menghemat devisa hingga USD40,71 miliar. Dengan berlakunya B50 pada 2026, potensi penghematan tambahan diperkirakan mencapai USD10,84 miliar hanya dalam satu tahun.

Program mandatori B50 adalah campuran 50 persen biodiesel berbasis Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dari Crude Palm Oil (CPO) ke dalam bahan bakar solar. Program ini diproyeksikan mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak sekaligus memperkuat ketahanan energi dalam negeri.

“Konsumsi solar kita tahun depan diproyeksikan 40,2 juta kiloliter. Dari jumlah itu, komposisi FAME-nya bisa mencapai 20,1 juta kiloliter,” jelas Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, kebutuhan biosolar nasional pada 2026 diperkirakan mencapai 40,2 juta kiloliter (KL), dengan hampir 50 persen di antaranya atau sekitar 20,1 juta kl akan dipenuhi dari FAME CPO.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa kebutuhan CPO untuk B50 memang cukup besar, sehingga pasokannya harus diperkuat dari hulu. “Pemerintah mengkaji beberapa opsi, mulai dari intensifikasi produksi sawit di lahan eksisting, pembukaan lahan baru, hingga pengaturan ekspor agar kebutuhan dalam negeri tetap terjamin,” ujar Bahlil.

Menurutnya, jika opsi pembatasan ekspor diterapkan, maka Domestic Market Obligation (DMO) akan menjadi instrumen penting untuk memastikan pasokan CPO ke industri biodiesel tetap stabil.

“Kalau kita memangkas sebagian ekspor, salah satu instrumen yang bisa digunakan adalah DMO, agar keseimbangan antara kebutuhan dalam negeri dan luar negeri tetap terjaga,” tambahnya.

Selain efisiensi ekonomi, program ini juga diharapkan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen biodiesel terbesar di dunia serta menegaskan komitmen pemerintah dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060.

“Implementasi B50 akan meningkatkan porsi bahan bakar nabati dalam solar secara signifikan, sehingga pasokan solar nasional sepenuhnya bisa bersumber dari dalam negeri,” ujar Eniya. (Hartatik)

Foto banner: shutterstock

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles