Laporan COP29 mendesak pendanaan iklim tahunan sebesar USD 1 triliun pada tahun 2030 untuk penuhi target Perjanjian Paris

Jakarta – Saat para pemimpin dunia berkumpul dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) COP29 di Baku, sebuah laporan baru dari Kelompok Ahli Independen Tingkat Tinggi untuk Pendanaan Iklim (Independent High Level Expert Group on Climate Finance) yang diluncurkan pada hari Kamis, 14 November, memaparkan sebuah peta jalan yang mendesak untuk memenuhi target iklim Perjanjian Paris. Laporan tersebut menyerukan untuk memobilisasi dana eksternal sebesar USD 1 triliun per tahun pada tahun 2030 untuk mendukung kebutuhan investasi iklim di pasar negara berkembang dan negara berkembang (EMDC), tidak termasuk Cina. Pada tahun 2035, angka ini akan meningkat menjadi USD 1,3 triliun per tahun.

Simon Stiell, Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC), secara resmi meluncurkan laporan tersebut pada acara sampingan COP29. Laporan ini bertujuan untuk menggalang upaya internasional dan mendapatkan komitmen yang diperlukan untuk mengubah lanskap pendanaan iklim.

Laporan ini menyoroti kebutuhan penting untuk mempercepat pendanaan iklim, dan memperingatkan bahwa setiap penundaan akan mengakibatkan biaya yang lebih tinggi dan tuntutan yang lebih mendesak untuk investasi di masa depan. Menurut para penulis, memenuhi target-target keuangan ini sangat penting untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan serta kemajuan menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB.

Kebutuhan investasi global untuk aksi iklim diproyeksikan mencapai USD 6,3-6,7 triliun per tahun pada tahun 2030, dengan EMDC (tidak termasuk Cina) mencapai USD 2,3-2,5 triliun. Kebutuhan ini akan meningkat menjadi USD 7-8,1 triliun per tahun pada tahun 2035. Namun, laporan tersebut menggarisbawahi bahwa tingkat investasi saat ini di EMDC masih jauh dari target tersebut, terutama di wilayah seperti Afrika Sub-Sahara.

Bidang-bidang investasi utama yang diidentifikasi dalam laporan tersebut meliputi Transisi Energi Bersih, yang akan menelan biaya sebesar 1,6 triliun dolar AS per tahun pada tahun 2030; Adaptasi dan Ketahanan, yang akan menelan biaya sebesar 250 miliar dolar AS per tahun; Kerugian dan Kerusakan, yang akan menelan biaya sebesar 250 miliar dolar AS per tahun; Modal Alam dan Pertanian Berkelanjutan, yang akan menelan biaya sebesar 300 miliar dolar AS per tahun; dan Langkah-langkah Transisi yang Adil, yang akan menelan biaya sebesar 40 miliar dolar AS per tahun.

“Setiap kekurangan investasi sebelum tahun 2030 akan memberikan tekanan tambahan pada tahun-tahun berikutnya,” laporan tersebut memperingatkan. Penundaan aksi dapat memaksa negara-negara untuk memobilisasi dana yang lebih besar dalam jangka waktu yang lebih pendek, yang secara dramatis akan meningkatkan biaya dan membahayakan tujuan iklim.

Empat pilar aksi untuk mencapai tujuan pendanaan iklim

Laporan ini menguraikan empat rekomendasi penting untuk menjembatani kesenjangan pendanaan yang signifikan. Pertama, laporan ini menyerukan kepada negara-negara maju untuk melipatgandakan komitmen pendanaan iklim tahunan sebesar USD 100 miliar yang dibuat pada tahun 2009 dan ditegaskan kembali pada tahun 2015, sehingga totalnya mencapai USD 300 miliar per tahun pada tahun 2030. Komitmen ini akan menjadi landasan bagi tujuan baru yang terukur secara kolektif (new collective quantified goal/NCQG) untuk dukungan keuangan setelah tahun 2025.

Kedua, MDB, termasuk Bank Dunia, didesak untuk melipatgandakan kapasitas pinjaman mereka pada tahun 2030. Laporan tersebut mencatat bahwa meskipun MDB telah memulai reformasi di bawah kerangka kerja “lebih baik, lebih besar, dan lebih efektif”, upaya mereka harus dipercepat untuk membuka pembiayaan iklim yang transformatif. MDB diharapkan dapat berperan penting dalam meningkatkan investasi, terutama dalam infrastruktur energi terbarukan.

Ketiga, mengingat peluang yang sangat besar di sektor-sektor seperti energi terbarukan dan infrastruktur berkelanjutan, pembiayaan sektor swasta diharapkan dapat memenuhi sekitar separuh dari kebutuhan pendanaan iklim eksternal. Laporan ini menyoroti pentingnya menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi investasi swasta, termasuk mengurangi biaya modal dan menyediakan kerangka kerja peraturan yang jelas.

Rekomendasi keempat adalah untuk mengakui peningkatan peran negara berkembang dalam pendanaan iklim global. Laporan ini mengadvokasi kontribusi yang lebih besar dari negara-negara berkembang utama. Kerja sama Selatan-Selatan yang lebih baik dapat meningkatkan sumber daya keuangan dan teknis, membangun kolaborasi yang sudah ada untuk mendukung ketahanan iklim dan pembangunan berkelanjutan.

Solusi pembiayaan inovatif

Untuk menutup kesenjangan pembiayaan yang masih ada, laporan ini mengeksplorasi beberapa mekanisme inovatif, termasuk proposal untuk memasukkan pungutan atas pelayaran internasional, penerbangan, dan bahan bakar fosil, serta pajak transaksi keuangan; dan konsensus baru-baru ini atas Pasal 6.4 Perjanjian Paris yang bertujuan untuk merevitalisasi VCM sebagai sumber pendapatan yang signifikan bagi EMDC.

Laporan ini juga menekankan pentingnya pembiayaan lunak dan pendanaan iklim bilateral dari negara-negara maju. Meskipun kontribusi bilateral saat ini mencapai USD 43 miliar per tahun, laporan tersebut merekomendasikan untuk melipatgandakan angka tersebut guna memenuhi kebutuhan investasi yang paling menantang dan membangun kepercayaan antara negara maju dan negara berkembang.

Foto banner: Simon Stiell, Sekretaris Eksekutif UNFCCC/tangkapan layar kanal YouTube UNFCCC

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles