Kemendikbud Ristek integrasikan materi perubahan iklim ke kurikulum nasional di semua jenjang pendidikan

Jakarta – Dalam upaya menanggulangi dampak perubahan iklim melalui jalur pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Jumat, 11 Oktober, mengumumkan langkah strategis untuk mengintegrasikan materi perubahan iklim ke dalam kurikulum di seluruh tingkatan pendidikan.

Ketua Tim Kurikulum, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kemendikbud Ristek, Yogi Anggraena, menjelaskan bahwa panduan baru ini akan mencakup berbagai fase pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Pada tahap awal penyusunan, kita memang memetakan kemampuan apa yang perlu dimiliki peserta didik mulai dari fase pondasi pada PAUD, SD, SMP, SMA, kita petakan. Nah, setelah kita menyusun kemampuan apa yang perlu dimiliki maka kita petakan ke intrakurikuler, ke dalam kokurikuler, dan ke dalam ekstrakurikuler,” tutur Yogi dalam Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar episode “Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka“, 10 Oktober.

Yogi mengungkapkan bahwa materi tentang perubahan iklim ini tidak akan hadir sebagai mata pelajaran baru, melainkan terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Pada kegiatan intrakurikuler, materi ini akan masuk dalam mata pelajaran yang sudah ada, seperti IPA, Geografi, atau PPKn, dengan fokus pada isu-isu perubahan iklim.

Apresiasi dan dukungan KLHK

Kepala Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Luckmi Purwandari, memberikan apresiasi terhadap langkah Kemendikbud Ristek ini. Menurut Luckmi, upaya tersebut penting untuk membantu generasi muda memahami dan merespons berbagai ancaman lingkungan, seperti krisis biodiversitas, polusi, serta perubahan iklim itu sendiri.

“Saat ini krisis lingkungan itu ada tiga yaitu perubahan iklim, biodiversity loss, dan pencemaran limbah dan sampah. Ketiga krisis ini saling kait-mengait. Oleh karena itu KLHK mendorong adanya gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah. Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya tujuannya salah satunya tadi untuk menghadapi tiga krisis tadi,“ jelasnya.

Luckmi menambahkan, pengajaran tentang perubahan iklim yang diterapkan sesuai dengan konteks lokal diharapkan dapat memperluas wawasan siswa tentang isu lingkungan di sekitar mereka dan mendorong siswa untuk berperan aktif dalam melindungi lingkungan. (Hartatik)

Foto banner: Gambar dibuat dengan OpenAI DALL·E melalui ChatGPT

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles