Jakarta – Intensitas kekeringan yang meningkat secara global merupakan ancaman nyata selama 20 tahun terakhir bukanlah anomali cuaca, namun ancaman nyata perubahan iklim akibat pemanasan global, menurut Presiden Joko Widodo.
Hal itu ditegaskan Presiden Jokowi dalam pidatonya pada Festival LIKE, di Indonesia Arena, Kawasan GBK, Jakarta, Senin, 18 September. Menurutnya, kekeringan ekstrem ini juga dirasakan semua negara.
“Hati-hati. Perubahan iklim mengakibatkan kekeringan terjadi di mana-mana. Suhu bumi dan cuaca semakin panas, bukan hanya di Indonesia saja,” tutur Presiden.
Lebih lanjut, Jokowi menambahkan bahwa krisis pangan juga ancaman nyata akibat pemanasan global yang menguat beberapa dekade terakhir. Beberapa negara kekurangan pangan, baik itu gandum maupun beras.
Bahkan negara-negara pengekspor bahan pangan tersebut kini sudah tidak lagi melakukan ekspotr. Karena itu, banyak negara mengalami kenaikan harga beras.
“Termasuk Indonesia, harga beras sedikit naik,” imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan soal kerusakan lingkungan sehingga perlu menggalakkan kembali rehabilitasi hutan.
“Saya titip kepada penggiat lingkungan, ketua adat, para penyuluh agar kita giatkan kembali rehabilitasi hutan. Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat mulai nanam pohon, kalau nanti musim hujan dating,” tukasnya. (Hartatik)
Foto banner: Presiden Joko Widodo mengingatkan masyarakat terkait ancaman krisis perubahan iklim yang kian nyata dalam pidatonya pada Festival LIKE di Indonesia Arena, Kawasan GBK, Jakarta, Senin, 18 September 2023. (Sumber: Youtube Sekretariat Presiden)