Jerman danai proyek pengurangan emisi di perkotaan, dimulai di Surabaya

Jakarta – Kota Surabaya secara resmi memulai implementasi proyek Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI), menurut Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Kamis, 17 April. Proyek SETI yang akan berlangsung hingga tahun 2028 ini menjadi tonggak penting dalam pelaksanaan strategi pengurangan emisi di sektor bangunan—sektor yang menyumbang konsumsi energi tinggi di perkotaan.

Pemerintah Kota Surabaya mendapat mandat sebagai kota percontohan nasional dalam implementasi proyek ini. Program kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jerman yang didesain untuk mempercepat transisi energi berkelanjutan di kawasan urban ini dimulai Rabu, 16 April.

Menurut Andriah Feby Misna, Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM, dipilihnya Surabaya bukan tanpa alasan.

“Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi dan sektor konstruksi yang sangat tinggi. Kota ini juga sudah menerapkan sertifikasi bangunan hijau serta memiliki kapasitas lokal yang mumpuni,” ujarnya.

Feby menambahkan, melalui dukungan proyek SETI, Surabaya diharapkan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca secara signifikan melalui efisiensi energi dan penggunaan energi terbarukan di bangunan gedung. “Kami ingin pertumbuhan ekonomi di kota-kota besar seperti Surabaya bisa berjalan seiring dengan agenda dekarbonisasi,” lanjutnya.

Implementasi proyek SETI di Surabaya akan difokuskan pada sektor bangunan, mulai dari gedung pemerintahan, bangunan komersial hingga residensial. Berdasarkan data SETI 2024, terdapat 649.763 bangunan di kota ini. Sekitar 3% merupakan gedung pemerintah, 7% bangunan komersial, dan 90% sisanya adalah bangunan residensial.

Lisa Tinschert, Direktur Program Energi GIZ—lembaga pelaksana proyek dari Jerman—menyebut bahwa dukungan yang diberikan meliputi studi teknis, pelatihan kapasitas, hingga perencanaan kebijakan.

“Kami siap membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam merancang strategi dan pelaksanaan proyek dekarbonisasi bangunan dengan pendekatan yang komprehensif dan partisipatif,” ungkapnya.

Sinergi pemerintah pusat dan daerah jadi kunci sukses

Sementara itu, Edison Siagian, Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah I Kementerian Dalam Negeri, menegaskan pentingnya integrasi kebijakan lintas sektor dan lintas pemerintahan. “Transisi energi bukan hanya tanggung jawab pusat. Perlu harmonisasi antara rencana pembangunan daerah dan agenda nasional agar program seperti SETI bisa berjalan efektif dari perencanaan hingga monitoring,” tegasnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Surabaya, Ikhsan menyambut baik peluncuran proyek ini dan menilai langkah ini sejalan dengan program berkelanjutan yang telah dilakukan Surabaya selama ini. “Kami sudah mulai dengan efisiensi energi di Balai Kota dan pembangunan Terminal Intermoda Joyoboyo dengan material ramah lingkungan,” katanya.

Pihaknya bangga menjadi kota pertama yang melaksanakan dekarbonisasi sektor bangunan secara sistematis. “Kami akan berkolaborasi dengan seluruh pihak untuk menjadikan Surabaya kota yang layak huni dan berkelanjutan,” tambahnya.

Feby menegaskan bahwa jika proyek SETI berhasil dijalankan dengan baik di Surabaya, pendekatannya bisa diadaptasi ke kota-kota lain di Indonesia. “Model ini bisa menjadi blueprint transisi energi berbasis kota, yang menempatkan efisiensi energi sebagai fondasi pembangunan rendah karbon,” ucapnya.

Dengan proyek SETI, Pemerintah Indonesia bersama Jerman menunjukkan komitmen nyata dalam menghadapi krisis iklim—dimulai dari sektor yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari: bangunan tempat tinggal dan bekerja. (Hartatik)

Foto banner: Francesco Ungaro/pexels.com

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles