IESR: Dekarbonisasi sektor listrik berpotensi ciptakan lebih dari 3,2 juta lapangan kerja baru pada 2050 di Indonesia

Jakarta – Dekarbonisasi sistem energi di Indonesia, yang selaras dengan upaya global menuju net zero emission (NZE) sesuai dengan Persetujuan Paris, diperkirakan akan menciptakan peluang kerja yang signifikan, menurut kajian terbaru dari Institute for Essential Services Reform (IESR).

Kajian berjudul “Deep Decarbonization of Indonesia’s Energy System,” memproyeksikan sektor kelistrikan saja akan menyumbang lebih dari 3,2 juta lapangan pekerjaan baru pada tahun 2050. Angka ini diprediksi akan meningkat seiring penerapan strategi dekarbonisasi yang komprehensif di seluruh sistem energi. 

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengungkapkan bahwa potensi besar penciptaan lapangan kerja ini memerlukan kesiapan sumber daya manusia (SDM) dengan keterampilan khusus yang relevan.

“Keberhasilan transisi energi tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kesiapan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan sertifikasi khusus di sektor energi terbarukan. Dukungan kebijakan strategis sangat diperlukan untuk mendorong pelatihan vokasi dan kurikulum pendidikan tinggi agar transisi energi dapat menjadi peluang ekonomi yang berkelanjutan bagi semua lapisan masyarakat,” jelas Fabby dalam Webinar “Road to Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD): Menakar Kesiapan Sumber Daya Manusia Indonesia dalam Proses Transisi Energi”, Selasa, 27 Agustus.

Fabby juga menyoroti tingkat pengangguran terbuka yang tinggi di kalangan generasi muda, terutama Gen Z (kelompok usia 15-24 tahun). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2024, terdapat 3,5 juta pengangguran dari kelompok usia ini dari total 7,2 juta pengangguran terbuka. “Lapangan pekerjaan yang akan tercipta melalui proses transisi energi membutuhkan tenaga kerja yang kompetitif, memiliki keahlian yang tepat, dan telah tersertifikasi. Peran lembaga pendidikan sangat krusial dalam menyiapkan SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri energi terbarukan,” tambahnya.

IESR merekomendasikan lima strategi utama untuk memastikan kesiapan SDM Indonesia menghadapi transisi energi. Pertama, mengidentifikasi keahlian yang dibutuhkan dan menyusun strategi pengembangan keterampilan yang sesuai.

Kedua, meningkatkan anggaran untuk membangun fasilitas pelatihan dan pendidikan terkait teknologi energi bersih. Ketiga, memperkuat koordinasi antara pembuat kebijakan transisi energi dengan instansi yang bertanggung jawab atas penyiapan tenaga kerja, seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Keempat, mempersiapkan program pelatihan untuk pekerja dari sektor energi fosil agar mereka bisa beralih ke sektor energi bersih. Dan kelima, memfasilitasi transisi pekerjaan untuk mengurangi risiko pengangguran akibat perubahan sistem energi.

Pada kesempatan sama, Ahmad Khulaemi, Widyaiswara Ahli Madya dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menekankan pentingnya pelatihan dan sertifikasi untuk meningkatkan kualitas SDM.

“Kami telah melatih dan mensertifikasi sekitar 189 auditor energi pada tahun 2023. Selain itu, melalui program Patriot dan Gerilya, kami memperkenalkan generasi muda, terutama mahasiswa tingkat akhir, pada berbagai jenis energi terbarukan seperti surya, angin, dan air,” ungkap Ahmad.

Sementara itu. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Adi Nuryanto, juga mengakui tantangan yang dihadapi dalam menyelaraskan kebutuhan industri dengan kurikulum pendidikan.

“Kolaborasi dengan industri sangat penting, termasuk dalam program magang, penyusunan kurikulum bersama, dan sertifikasi kompetensi. Pendidikan vokasi harus terus diperbarui agar relevan dengan perkembangan industri energi terbarukan,” ujarnya.

Lebih lanjut, diskusi mengenai pentingnya memastikan transisi energi yang adil dan inklusif, terutama bagi pekerja yang terdampak, akan menjadi salah satu topik utama di Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 yang akan berlangsung pada 14-16 Oktober 2024. Acara ini diharapkan dapat menjadi platform untuk membahas bagaimana Indonesia dapat menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari transisi energi global. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles