Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut sebanyak 18 proyek hilirisasi yang tengah disiapkan saat ini akan diselesaikan secara bertahap, dengan target seluruh feasibility study (FS) rampung sebelum tahun berakhir.
Dalam keterangannya, Jumat, 19 September, ESDM menegaskan percepatan hilirisasi energi bakal terus dikebut hingga akhir 2025. Dari seluruh daftar proyek, hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) disebut sebagai prioritas utama. Proyek ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor liquefied petroleum gas (LPG).
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM sekaligus Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi, Ahmad Erani Yustika, menjelaskan setiap proyek memiliki tantangan berbeda dalam proses penyelesaiannya.
“Proyek refinery tentu berbeda dengan storage, storage beda dengan alumina, dan alumina pun berbeda dengan silika. Jadi memang penyelesaiannya bertahap. Tapi target kami semua FS bisa selesai akhir tahun ini, agar segera masuk tahap eksekusi,” ujar Erani.
“Sepertinya salah satu yang paling diprioritaskan itu DME. Karena kebutuhan LPG kita besar, dan dengan memanfaatkan batu bara menjadi DME, ada peluang besar untuk substitusi impor LPG. Itu sangat penting bagi ketahanan energi kita,” jelasnya.
Proyek coal to DME sebenarnya sudah pernah diinisiasi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama Pertamina dan Air Product. Namun, kerja sama itu sempat terhenti setelah Air Product—pemegang teknologi—memutuskan mundur dari proyek. Kini, pemerintah berupaya mencari skema baru agar proyek vital ini bisa dilanjutkan.
18 proyek hilirisasi strategis
Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional mencatat, ke-18 proyek yang sedang disiapkan mencakup berbagai sektor, mulai dari mineral dan batubara, transisi energi, ketahanan energi, hingga pertanian dan kelautan.
Pada sektor mineral dan batubara terdapat 8 proyek senilai USD 20,1 miliar, berpotensi menyerap 104.974 tenaga kerja. Lalu sektor pertanian ada 3 proyek, dengan serapan tenaga kerja 23.950 orang.
Selanjutnya, sektor kelautan dan perikanan terdapat 3 proyek, dengan serapan tenaga kerja 67.100 orang. Kemudian sektor transisi energi meliputi 2 proyek bernilai USD 2,5 miliar, menciptakan 29.652 lapangan kerja. Sedangkan pada sektor ketahanan energi terdapat 2 proyek bernilai USD 14,5 miliar, berpotensi menyerap 50.960 tenaga kerja. Secara total, 18 proyek tersebut diperkirakan menyerap 276.636 tenaga kerja langsung maupun tidak langsung. (Hartatik)
Foto banner: shutterstock.com