
JAKARTA – Pertamina sedang menyiapkan peta jalan untuk energi transisi melalui rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) 2020-2024. Hal itu sehubungan target Pertamina menurunkan emisi karbondioksida (CO2) sebesar 29 persen pada 2030.
Demikian disampaikan Senior Vice President Research & Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza dalam Special Dialogue: Akselerasi Transisi Energi Dalam Perwujudan Ekonomi Hijau, Jumat (11/3). Oki mengatakan, target bauran energi Pertamina secara umum adalah mengurangi porsi penggunaan BBM dan LPG menjadi 64% dan meningkatkan porsi penggunaan gas menjadi 19% serta EBT menjadi 17% dari total bauran energi pada 2030.
“Pertamina juga telah menjalin kerja sama dengan perusahaan asal luar negeri yakni ExxonMobil untuk upaya penurunan emisi CO2,” ujarnya.
Salah satu yang dikerjasamakan adalahpengembangan teknologi penangkapan karbon Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Teknologi ini juga sebagai bagian dari upaya perusahaan menggejot produksi minyak melalui teknologi Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina.
Pertamina juga melakukan edukasi publik untuk mendorong penggunaan bahan bakar minyak yang ramah lingkungan. Sebab penyumbang emisi terbesar salah satunya berasal dari kendaraan bermotor bensin. Selain itu, bisnis Pertamina juga diarahkan terus menerapkan aspek ESG.
“Kita membuat beberapa strategi inisiatif. Beberapa diantaranya meningkatkan kapasitas geothermal sebagai listrik hijau di Indonesia dan pengembangan green hydrogen,” imbuh Oki.
Selain itu, Pertamina juga akan mengambil peran strategis dalam produksi dan pengembangan ekosistem baterai di Indonesia. Tak hanya itu Pertamina juga tengah menggenjot spesifikasi kilang untuk menghasilkan bahan bakar yang ramah lingkungan.
“Dari sini kami berusaha untuk menjamin tercapainya bauran energi hijau, membantu rantai pasokan migas yang terintegrasi dan aktif membangun portofolio dari EBT dengan menggunakan sumber daya di dalam negeri,” tukasnya. (Hartatik)