Jakarta – 350.org Asia meluncurkan REImagine Asia, sebuah kampanye untuk energi terbarukan yang dipimpin komunitas yang menekankan perlunya negara-negara kaya dan pencemar untuk membayar utang iklim mereka sehingga negara-negara berkembang di Asia dapat mencapai kedaulatan energi.
“Masa depan kita tidak untuk diperjualbelikan. Pemerintah-pemerintah Asia seharusnya tidak dipaksa untuk menghabiskan lebih banyak minyak dan gas AS, padahal mereka telah berkomitmen untuk menghapus bahan bakar fosil dan melipatgandakan energi terbarukan pada tahun 2030,” kata Chuck Baclagon, Juru Kampanye Keuangan Regional Asia untuk 350.org, Kamis, 17 Juli.
Di tengah negosiasi tarif AS, kelompok iklim memperingatkan tentang perjanjian perdagangan yang akan membuat negara-negara Asia lebih bergantung pada impor minyak dan gas AS. Laporan menyebutkan bahwa Indonesia telah setuju untuk mengimpor minyak dan gas AS senilai USD15 miliar untuk mengurangi tarif. Laporan juga menunjukkan bahwa India berencana untuk meningkatkan impor Gas Alam Cair dan minyak mentah dari AS sebagai bagian dari perjanjian perdagangan.
Menurut Chuck, pengabaian total terhadap komitmen iklim menempatkan miliaran orang Asia pada risiko dampak iklim yang lebih besar seiring planet ini mendekati batas berbahaya 1,5°C. Hal ini juga menghambat potensi energi terbarukan yang besar di kawasan ini dan melemahkan kedaulatan serta keamanan energi jangka panjang.
Dalam webinar, 350.org Asia meluncurkan kampanye REImagine Asia yang menyoroti kisah sukses tentang bagaimana inisiatif energi terbarukan yang dipimpin masyarakat di seluruh wilayah telah menghasilkan akses ke energi bersih dan terjangkau, ketahanan iklim, dan mata pencaharian yang lebih baik.
Masyarakat di Indonesia telah menunjukkan bahwa energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan dukungan dan pendanaan pemerintah yang memadai, inisiatif-inisiatif ini dapat direplikasi dalam skala besar. Di sisi lain, peningkatan impor minyak dan gas AS akan semakin menjauhkan kita dari tujuan mengganti bahan bakar fosil yang memanaskan planet dengan energi terbarukan.
Tujuan ini adalah kunci bagi kelangsungan hidup kita dan ‘kemandirian energi’ yang sangat dibutuhkan yang dijanjikan oleh Presiden Prabowo sendiri—tujuan ini tidak boleh ditinggalkan atau dikorbankan demi kepentingan perdagangan,” ujar Sisilia Nurmala Dewi, Ketua Tim 350.org Indonesia.
Menjelang pertemuan puncak iklim PBB COP30, 350.org Asia mengumumkan bahwa berbagai kelompok di seluruh kawasan akan turun ke jalan dan bergabung dalam mobilisasi global Draw the Line pada bulan September untuk menuntut tindakan iklim yang nyata, tegas, dan mendesak dari berbagai pemerintah.
Omkar Subedi, Peneliti di Digo Bikas Institute, berbicara tentang bagaimana jaringan mikro surya meningkatkan mata pencaharian di Desa Dhapsung, sebuah komunitas dataran tinggi di Distrik Sindhupalchowk di Nepal. Menurutnya, akses energi masih menjadi masalah di Nepal.
Memiliki energi bersih yang andal adalah langkah awal bagi masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, kata Omkar. “Kita membutuhkan sistem energi yang berorientasi pada masyarakat di mana masyarakat memiliki rasa kepemilikan atas solusi iklim, bukan ‘solusi’ yang dibuat oleh perusahaan swasta yang mendapatkan keuntungan dari pembangkit listrik.” (Hartatik)
Foto banner: Gambar dibuat oleh DALL-E OpenAI melalui ChatGPT (2024)