IESR dorong fleksibilitas jaringan untuk akselerasi transisi energi bersih

Jakarta – Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menekankan pentingnya fleksibilitas jaringan listrik untuk mempercepat transisi energi bersih di Indonesia. Menurutnya, pengembangan infrastruktur kelistrikan yang modern dan adaptif akan menjadi kunci utama untuk mengintegrasikan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin dalam sistem tenaga listrik nasional.

“Energi terbarukan merupakan masa depan. Namun, sifatnya yang intermiten memerlukan jaringan listrik yang lebih fleksibel dan andal. Pemerintah harus segera memodernisasi jaringan, mengembangkan sistem penyimpanan energi, serta memastikan integrasi teknologi jaringan pintar untuk mendukung transisi energi,” kata Fabby dalam keterangan tertulis, Kamis, 12 Desember dalam Focus Group Discussion (FGD) ‘Meningkatkan Fleksibilitas Sistem Tenaga Listrik untuk Transisi Energi yang Cepat’yang diselenggarakan Kedutaan Besar Inggris dan IESR.

Fabby menjelaskan bahwa transisi energi bersih bukan hanya tentang mengganti bahan bakar fosil dengan energi terbarukan, tetapi juga mempersiapkan infrastruktur pendukung. Ia mencontohkan Inggris, yang berhasil memodernisasi jaringan listriknya untuk mengakomodasi penetrasi besar energi terbarukan.

Manajer Green Energy Transition Indonesia IESR, Erina Mursanti, juga menyoroti langkah Inggris dalam mendorong fleksibilitas jaringan. “Inggris telah mengembangkan skema seperti cap-and-floor untuk mendanai proyek penyimpanan energi dan interkoneksi. Indonesia dapat mengadopsi pendekatan serupa untuk mempercepat transisi energi,” ujarnya.

Erina juga mengapresiasi rencana pemerintah Indonesia untuk membangun super grid hijau yang menghubungkan Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara mulai tahun 2029. Ia menekankan perlunya langkah konkret dalam lima tahun ke depan untuk mencapai target tersebut.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, transisi energi telah ditetapkan sebagai game changer bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah menargetkan pengakhiran operasional PLTU batubara pada 2040 dan penggunaan penuh energi terbarukan pada 2050.

IESR juga menyoroti Proyek Green Energy Transition Indonesia (GETI), kerja sama antara Indonesia dan Inggris, sebagai salah satu contoh kemitraan yang berhasil. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles