Jakarta – Emiten energi terbarukan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), menargetkan kapasitas terpasang panas bumi 1,5 gigawatt (GW) di 2030. Manajemen Pertamina Geothermal mengatakan, target tersebut akan dicapai melalui implementasi pengembangan panas bumi yang lebih efisien dan inovatif.
Guna mendukung pencapaian target tersebut, sejumlah pendekatan akan dilakukan. Antara lain melalui pengembangan bertahap untuk meminimalisasi risiko, penerapan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi, kolaborasi untuk meningkatkan volume dan konsolidasi pasar, serta pengembangan bisnis hijau baru, seperti hidrogen hijau dan amonia hijau.
“Serta promosi lokalisasi teknologi dengan mendorong manufaktur lokal komponen utama pembangkit panas bumi,” kata Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi dalam keterangan resmi, Kamis, 14 November. Julfi menambahkan, percepatan pengembangan panas bumi akan membuat Indonesia berpotensi menjadi raksasa energi hijau dunia.
Hal itu selaras dengan peta jalan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) nasional yang menargetkan kapasitas terpasang panas bumi 10,5 GW pada 2035. “Target ini diharapkan menarik investasi sebesar USD17-18 miliar, berkontribusi hingga USD22 miliar pada PDB, serta menciptakan hingga 1 juta lapangan kerja,” kata Julfi.
Dia mengatakan, transisi ke energi hijau merupakan kebutuhan yang mendesak, terutama bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Apalagi, Indonesia memiliki potensi EBT yang luar biasa, terutama energi panas bumi yang paling cocok menggantikan peran energi fosil. (hs)