Jakarta – Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Lawrence Berkeley National Laboratory (LBNL) meluncurkan peta jalan untuk dekarbonisasi industri, Rabu, 25 Oktober. Kedua organisasi ini percaya bahwa peta jalan dekarbonisasi ini merupakan langkah kunci mencapai nol emisi karbon (net zero emissions, NZE) di tahun 2060.
Manajer Program Transformasi Energi di IESR, Deon Arinaldo menjelaskan, laporan ini menyoroti emisi karbon pada lima sektor industri utama yakni semen, besi dan baja, pulp dan kertas, amonia, serta tekstil. Industri yang menjadi fokus utama tersebut diperkirakan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) jika tidak ada tindakan dekarbonisasi.
“Data dari Kementerian Perindustrian, sektor industri di Indonesia telah berkontribusi sebanyak 8-20% terhadap emisi nasional dari tahun 2015 hingga 2022. Dan jika tidak ada tindakan intervensi, prediksi dari IESR bahwa total emisi GRK industri diperkirakan akan meningkat hingga 3-4 kali lipat pada 2060 (dalam skenario business as usual),” terang Deon dalam keterangan tertulis.
Ia menekankan pentingnya dekarbonisasi industri sebagai tonggak untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi, sambil menjadikan Indonesia sebagai negara maju dengan emisi rendah. Apalagi industri dengan produk rendah karbon akan menjadi industri yang paling kompetitif.
Laporan tersebut mengatakan, Indonesia dapat mengambil beberapa pendekatan kunci, termasuk peningkatan efisiensi energi, elektrifikasi kebutuhan energi, beralih ke sumber energi rendah karbon seperti energi terbarukan, dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan material. Namun, Deon juga mengingatkan bahwa masing-masing industri memiliki karakteristik unik, sehingga diperlukan pendekatan yang disesuaikan untuk setiap sektor.
Hongyou Lu, seorang Peneliti Teknologi Lingkungan/Energi di LBNL, menggarisbawahi pentingnya pengembangan strategi nasional yang berbeda untuk masing-masing sektor industri. Contohnya, untuk industri besi dan baja, pendekatan yang tepat adalah elektrifikasi proses produksi dan efisiensi energi dan material dalam jangka pendek. Sementara itu, sektor semen dapat mencapai dekarbonisasi melalui penggunaan bahan pengganti material klinker dan bahan bakar rendah emisi dalam jangka menengah hingga panjang.
“Dekarbonisasi industri bukanlah pilihan, melainkan keharusan,” menurutnya. (Hartatik)