Adaro Energy lirik pengembangan PLTS dan PLTA

CEO PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir berbincang dengan Co-Founder & CEO Katadata Metta Dharmasaputra di Los Angeles, Amerika Serikat. Sumber: Kanal Youtube Katadata Indonesia  

Jakarta – PT Adaro Energy mulai melirik pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit tenaga listrik tenaga air (PLTA), sebagai transformasi transisi energi dari fosil ke energi terbarukan. Saat ini, PT Adaro Energy sudah mempunyai PLTS dengan skala kecil di Kalimantan Selatan dan akan mengembangkan PLTS lainnya di Batam, Bintan dan Kalimantan Utara.

“Ini ada dua opportunity besar, negeri ini mendapat anugerah Tuhan yaitu sinar matahari yang berlimpah, tapi energi solar tidak bisa 24 jam jadi mesti dikombinasikan dengan hydro, gas, batubara jadi mixed energy,” kata CEO PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir saat berbincang dengan Co-Founder & CEO Katadata Metta Dharmasaputra beberapa waktu lalu di Los Angeles, Amerika Serikat dan ditayangkan pada event IDE Katadata 2022, Rabu (6/4).

Garibaldi Thohir atau akrab disapa Boy Thohir mengatakan, Adaro harus bertransformasi, di mana sebelumnya perusahaan yang menjalankan operasi pertambangan batu bara terbesar di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah ini mulai mengarah pada pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Apalagi Indonesia punya sumber daya yang besar untuk mengembangkan PLTA. Selain itu, dia juga punya lahan sawit yang luas di Kalimantan Utara yang akan dikembangkan untuk menjadi EBT.

“Adaro akan mengembangkan hydro dan juga industrial estate serta turunannya di Kaltara. Proyek ini tidak bisa selesai dalam waktu 1-2 tahun,” ungkapnya.

Menurut Boy, proyek tersebut akan selesai dalam waktu 10-15 tahun. Boy menambahkan, tidak lama lagi akan ada teknologi yang dikenal dengan nama carbon captured. Teknologi tersebut bisa membuat PLTU menghasilkan energi yang ramah lingkungan. Saat ini, teknologi tersebut masih mahal tapi dalam waktu 10 tahun lagi bisa jadi teknologi tersebut sudah bisa terjangkau. Boy mengakui, dunia saat ini tengah melakukan transisi energi dari fosil ke energi terbarukan. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan seperti membalikkan telapak tangan. “Kita tidak bisa bergantung hanya kepada satu sumber energi, itu akan sangat berbahaya. Jadi ke depan menurut saya yang akan terjadi adalah mixed energy. Karena kalau tergantung kepada satu sumber energi dan terjadi disrupsi maka akan kolaps,” jelas Boy.

Adaro saat ini juga sudah masuk ke industri aluminium dengan membangun Green Aluminium Project di Kalimantan Utara. Menurut Boy, salah satu cita-citanya adalah semua bahan baku untuk kebutuhan mobil listrik akan dibuat di Indonesia. Indonesia mempunyai kandungan mineral yang berlimpah seperti aluminium dan nikel yang merupakan bahan baku baterai mobil listrik. Karena itu, Adaro akan memproduksi aluminium yang ramah lingkungan yang mempunyai nilai jual lebih mahal dibandingkan aluminium biasa. (Hartatik)

Sumber foto banner: Adaro Energy

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles