Tinggal 11 km lagi, pipa gas Cirebon–Semarang II temui hambatan batuan

Jakarta – Pengerjaan pipa gas Cirebon–Semarang Tahap II (Cisem II), saat ini tersisa 11 kilometer lagi untuk diselesaikan dan menemui hambatan bongkahan batu keras, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dari 242 kilometer panjang jaringan pipa gas, ratusan pekerja bekerja keras alat berat, di tengah hamparan sawah yang mulai mengering di perbatasan Cirebon dan Brebes.

Agung Kuswandono, Pelaksana Tugas Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas, kepada awak media, Rabu, 8 Oktober, mengatakan bahwa dari total panjang proyek 242 kilometer, sepanjang 231 kilometer sudah tersambung sempurna dan kini memasuki tahapan pre-commissioning — fase pengujian sistem untuk memastikan seluruh sambungan pipa aman sebelum gas dialirkan.

“Ini bagian paling menantang,” katanya. “Sisa jalur ini melintasi formasi batuan keras, jadi butuh kehati-hatian ekstra. Tapi kami optimistis semua pekerjaan fisik rampung sebelum 15 Desember 2025. Sisa 11 kilometer itu kami pecah menjadi 18 paket pekerjaan, supaya percepatannya bisa simultan. Sampai Oktober ini sudah sepuluh paket tuntas, delapan lagi dikebut,” kata Agung.

Jalur energi yang menghidupkan Jawa

Pipa Cisem II membentang melintasi sejumlah kabupaten penting di Pantura, mulai dari Cirebon, Indramayu, Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, hingga Semarang. Proyek ini bukan sekadar infrastruktur energi, tetapi urat nadi baru yang akan menyalurkan gas dari sumber utama di Jawa bagian barat ke kawasan industri dan permukiman di tengah hingga timur Jawa.

“Ketika pipa ini terhubung penuh, Jawa punya tulang punggung distribusi gas yang solid,” ujar Agung, dan menambahkan, bahwa setelah infrastruktur siap, tantangan berikutnya adalah memastikan pasokan gas tersedia.

“Tinggal gasnya sekarang yang jadi PR. Kami menunggu Keputusan Menteri ESDM untuk penugasan ke BLU Lemigas. Begitu operator transporter ditunjuk, gas bisa langsung dialirkan,” jelasnya.

Menurut Agung, kepastian operator menjadi kunci. Begitu BLU Lemigas menunjuk pengangkut gas, pembeli (shipper) akan segera datang untuk mengamankan alokasi pasokan.

Dari jaringan pipa ke rumah tangga

Proyek Cisem II juga membuka peluang besar bagi masyarakat di sepanjang jalur pipa untuk menikmati gas bumi langsung di rumah mereka. Pemerintah berencana membangun jaringan gas rumah tangga (jargas) di wilayah yang dilalui jalur Cisem.

“Arahan Pak Menteri ESDM jelas, di setiap daerah yang dilewati pipa Cisem akan dipasang jargas. Jadi masyarakat tidak hanya melihat pipa lewat, tapi benar-benar merasakan manfaat gas yang dialirkan,” ujar Agung dengan nada optimistis.

Langkah ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap LPG bersubsidi dan menekan biaya energi rumah tangga. Selain itu, distribusi gas langsung dari jaringan pipa juga memperkecil potensi gangguan pasokan di tengah meningkatnya kebutuhan energi.

Jika semua berjalan sesuai rencana, Januari 2026 akan menjadi momentum penting bagi infrastruktur energi nasional. Saat itulah gas pertama akan mengalir dari Cirebon menuju Semarang melalui pipa Cisem II, menandai babak baru distribusi gas bumi di Pulau Jawa.

“Secara infrastruktur, kita sudah siap. Sekarang tinggal menjaga kontinuitas pasokan gas dari sumber-sumber baru yang mulai ditemukan,” ujar Agung. “Ketika nanti beroperasi penuh, masyarakat dan industri akan merasakan manfaatnya — pasokan energi yang stabil, bersih, dan efisien.” (Hartatik)

Foto banner: Gambar dibuat oleh DALL-E OpenAI melalui ChatGPT (2024)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles