
Jakarta – LEBIH dari 11.000 bencana yang terjadi selama 50 tahun terakhir disebabkan oleh cuaca, iklim dan bahaya yang berhubungan dengan air. Hal ini menyebabkan 2 juta kematian dan kerugian ekonomi 3,6 triliun USD.
Bahkan kerugian yang ditimbulkan akibat naiknya permukaan air laut dan gelombang badai mencapai 1 triliun USD setiap tahunnya. Padahal lebih dari 600 juta orang atau sekitar 10 persen penduduk dunia tinggal di daerah pesisir. Mereka tinggal kurang dari 10 meter di atas permukaan laut.
Sementara masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir menghadapi risiko eksistensial akibat perubahan iklim. “Sekitar 40% populasi dunia tinggal dalam jarak 100 kilometer dari pantai. Mereka berada di garis depan yang paling terdampak dari perubahan iklim,” ujar Dr Moushumi Chaudhury, Direktur Program Ketahanan Masyarakat, The Nature Conservancy.
Hal itu disampaikan dalam webinar global bertajuk “Living Between Land and Sea: A Webinar for Journalists on Covering Coastal Resilience” yang digelar oleh Earth Journalism Network (EJN), Kamis (17/2). Webinar ini juga menghadirkan dua pemateri lainnya yakni Stefanie Tye (Peneliti Ketahanan Iklim dari World Resources Institute) dan Joydeep Gupta (Manajer EJN India).
Lebih lanjut, Moushumi menambahkan, badai yang intens, air pasang, dan banjir yang diperparah oleh perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut mengancam kehidupan, mata pencaharian, dan harta benda masyarakat pesisir. Sehubungan hal itu, ia memaparkan integrasi solusi berbasis alam ke dalam perencanaan ketahanan masyarakat dan menerapkan kegiatan pengurangan risiko yang relevan.
Contoh solusi berbasis alam ini salah satunya merehabilitasi ekosistem bakau dan terumbu karang adalah untuk menyangga efek angin kencang dan gelombang, atau memulihkan hidrologi pantai untuk mendukung regenerasi alami, yang selanjutnya meningkatkan ketahanan.
“Selain meningkatkan ketahanan iklim, terumbu karang dapat mengurangi energi gelombang hingga 97 persen. Sedangkan hutan bakau mampu mencegah kerusakan properti hingga 5 miliar USD serta mengurangi risiko banjir terhadap 15 juta orang setiap tahun,” imbuhnya.
Solusi berbasis alam semakin diakui sebagai solusi multimanfaat yang efektif, untuk membantu orang-orang yang rentan menjadi lebih tahan terhadap perubahan iklim. Sementara itu, Stefanie Tye menyoroti dampak perubahan iklim akan mempengaruhi setiap elemen dan setiap lapisan di sektor publik, serta swasta. Ancaman iklim terhadap wilayah pesisir akan terus menjadi pusat perhatian
“Itulah mengapa mengintegrasikan, atau mengarusutamakan adaptasi di berbagai tingkatan, adalah kuncinya,” kata Stefanie Tye. (Hartatik)