Jakarta — Hitachi Energy memperluas penggunaan teknologi microgrid dan Battery Energy Storage System (BESS) di kawasan 3T (terdepan, terluar, tertinggal), membuka jalan bagi pasokan listrik yang lebih stabil tanpa ketergantungan pada genset diesel, terutama pada siang hari.
Segment Manager Hitachi Energy Indonesia, Alif Rizki Batoni, menyebut sistem microgrid berbasis BESS menjadi solusi strategis untuk mempercepat elektrifikasi komunal di daerah yang selama ini kesulitan dijangkau infrastruktur listrik konvensional.
“Model elektrifikasi komunal yang kami kembangkan memungkinkan integrasi antara panel surya dan penyimpanan energi dalam baterai. Ini memungkinkan pasokan listrik tetap stabil bahkan saat jaringan utama belum menjangkau,” ujar Alif dalam keterangan resmi, Jumat, 1 Agustus.
Ia menambahkan, sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia menghadapi tantangan logistik dan teknis dalam distribusi energi. Teknologi microgrid berbasis energi terbarukan bisa menjadi kunci untuk mengatasi kesenjangan ini secara berkelanjutan.
Contoh nyata dari implementasi ini dapat ditemukan di Nusa Penida, Bali. Di wilayah tersebut, sistem microgrid Hitachi Energy telah memungkinkan pasokan listrik dari energi terbarukan digunakan secara penuh saat beban puncak di siang hari.
“Ini menunjukkan bahwa tanpa genset sekalipun, pasokan bisa stabil jika sistemnya dirancang dengan benar,” kata Alif.
Hal serupa juga diterapkan di Pulau Semau (NTT), Pulau Selayar (Sulsel), dan Bontang (Kalimantan Timur). Di lokasi-lokasi tersebut, teknologi ini tidak hanya meningkatkan keandalan listrik, tetapi juga mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan memperkuat penetrasi energi baru terbarukan (EBT).
Hitachi Energy kini mengoperasikan lebih dari 300 tenaga kerja di Indonesia dan memiliki fasilitas produksi serta pusat pengembangan perangkat lunak. Perusahaan ini juga mendukung target ambisius pemerintah dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang mencanangkan pembangunan 42,6 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit EBT dan pengembangan 10,3 GW sistem penyimpanan energi.
“Kami percaya sinergi antara komunitas lokal, pemerintah, dan sektor industri akan mempercepat pemerataan akses energi dan memperkuat fondasi transisi menuju sistem energi rendah karbon,” ujar Alif. (Hartatik)
Foto banner: Gambar dibuat oleh DALL-E OpenAI melalui ChatGPT (2024)