Kilang Dumai pimpin produksi nasional green coke

Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), mengolah residu hidrokarbon menjadi produk strategis bernilai tinggi bernama ‘green coke’. Menurut KPI dalam keterangannya, Senin, 7 Juli, Kilang Dumai memelopori produksi nasionalnya.

Produk berwarna hitam ini yang sebelumnya tidak memiliki nilai ekonomis ini, melalui proses pemanasan lanjutan pada suhu tinggi di unit delayed coker, sisa hidrokarbon diubah menjadi green petroleum coke atau green coke, dan menjadi komoditas penting bagi berbagai sektor industri.

“Green coke sebagai salah satu produk yang diproduksi KPI menjadi bagian penting dalam mendukung agenda hilirisasi nasional, membuka peluang investasi, serta memperkuat daya saing Indonesia di pasar regional dan global,” ungkap Pjs. Corporate Secretary KPI, Muttaqin Showwabi.

Sejauh ini, Kilang Dumai merupakan satu-satunya unit operasi KPI yang memproduksi green coke dalam skala industri di Indonesia. Pada 2024 lalu, produksi green coke dari kilang ini tercatat mencapai sekitar 244,4 ribu ton. Sementara dalam tiga bulan pertama 2025, outputnya telah menyentuh 49,6 ribu ton.

“Kami terus meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan industri, sekaligus mendorong perputaran ekonomi agar lebih memberikan manfaat bagi banyak pihak,” lanjut Muttaqin.

Komoditas strategis untuk banyak industri

Green coke menjadi bahan baku penting dalam berbagai proses industri. Di antaranya adalah calcined coke, yang digunakan untuk produksi aluminium, reduktor dalam peleburan timah dan baja, bahan bakar di industri semen dan pembangkit listrik, serta komponen baterai kendaraan listrik, yaitu anoda grafit artifisial.

Muttaqin menjelaskan bahwa green coke juga berpotensi menjadi bahan bakar industri yang lebih ramah lingkungan, karena kandungan sulfur dan nitrogen yang rendah. “Dengan kandungan sulfur yang lebih rendah berkontribusi pada kualitas udara yang lebih baik dan dampak lingkungan yang lebih rendah,” katanya.

Produk green coke dari Kilang Dumai tidak hanya menyasar volume, tapi juga kualitas. Spesifikasinya termasuk sulfur content rendah yakni hanya 0,5%, kadar abu (ash content) 0,1%, net calorific value: sekitar 7500 – 8500 cal/kg. Spesifikasi ini menjadikan green coke produksi KPI kompetitif, bahkan untuk kebutuhan ekspor di masa depan. (Hartatik)

Caption: Green coke Pertamina memiliki kandungan abu dan sulfur rendah. (Sumber: Pertamina)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles