Jakarta – Gelombang panas yang memecahkan rekor dan mempengaruhi banyak negara Asia pada bulan April lalu mungkin bukan yang terakhir karena suhu global kemungkinan akan melonjak ke tingkat rekor dalam lima tahun ke depan, dipicu oleh gas rumah kaca yang memerangkap panas dan peristiwa El Niño yang terjadi secara alamiah, demikian menurut sebuah update terbaru yang dikeluarkan oleh World Meteorological Organization (WMO).
Terdapat 66% kemungkinan bahwa suhu global rata-rata tahunan di dekat permukaan akan lebih dari 1,5°C di atas tingkat masa pra-industri selama setidaknya satu tahun antara 2023 dan 2027. Ada kemungkinan 98% bahwa setidaknya satu dari lima tahun ke depan, dan periode lima tahun secara keseluruhan, akan menjadi yang terpanas dalam sejarah, kata WMO dalam siaran pers pada 17 Mei 2023.
Namun, hal ini tidak berarti bahwa suhu akan secara permanen melebihi tingkat 1,5°C yang ditentukan dalam Perjanjian Paris, yang mengacu pada pemanasan jangka panjang selama bertahun-tahun, tambahnya.
Suhu akan menembus level 1,5°C untuk sementara waktu dengan frekuensi yang semakin meningkat, kata Sekretaris Jenderal WMO Prof. Petteri Taalas.
“El Niño yang menghangat diperkirakan akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang dan hal ini akan dikombinasikan dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia untuk mendorong suhu global ke wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Taalas. Hal ini akan memiliki dampak yang luas bagi kesehatan, ketahanan pangan, pengelolaan air dan lingkungan, ia memperingatkan.
Hanya ada 32% kemungkinan bahwa rata-rata lima tahunan akan melebihi ambang batas 1,5°C, menurut Global Annual to Decadal Climate Update yang dibuat oleh kantor meteorologi Inggris Raya, pusat utama WMO untuk prediksi tersebut.
Peluang kenaikan suhu di atas 1,5°C untuk sementara waktu terus meningkat sejak tahun 2015, saat suhu mendekati nol. Untuk tahun-tahun antara 2017 dan 2021, ada peluang 10% untuk melampaui batas.
Suhu global rata-rata pada tahun 2022 adalah sekitar 1,15°C di atas rata-rata tahun 1850-1900. Pengaruh pendinginan dari kondisi La Niña selama tiga tahun terakhir untuk sementara menahan tren pemanasan jangka panjang. Namun, La Niña berakhir Maret 2023 dan El Niño diperkirakan akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang. Biasanya, El Niño meningkatkan suhu global pada tahun setelah berkembang, dalam hal ini adalah tahun 2024.
Rata-rata suhu permukaan global tahunan untuk setiap tahun antara tahun 2023 dan 2027 diprediksi antara 1,1°C dan 1,8°C lebih tinggi daripada rata-rata tahun 1850-1900. Angka ini digunakan sebagai garis dasar karena angka ini adalah angka sebelum adanya emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia dan industri.
Ada kemungkinan 98% bahwa setidaknya satu dari lima tahun ke depan akan mengalahkan rekor suhu yang ditetapkan pada tahun 2016, ketika terjadi El Niño yang sangat kuat.
Peluang rata-rata lima tahun untuk 2023-2027 lebih tinggi dari lima tahun terakhir juga 98%.
Pemanasan Arktik sangat tidak proporsional. Dibandingkan dengan rata-rata 1991-2020, anomali suhu diprediksi akan lebih dari tiga kali lebih besar dari rata-rata anomali global jika dirata-ratakan selama lima musim dingin yang diperpanjang di belahan bumi utara.
Prediksi pola curah hujan untuk rata-rata Mei hingga September 2023-2027, dibandingkan dengan rata-rata 1991-2020, menunjukkan peningkatan curah hujan di Sahel, Eropa utara, Alaska, dan Siberia utara, dan berkurangnya curah hujan pada musim ini di Amazon dan beberapa bagian Australia.
Selain meningkatkan suhu global, gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia juga menyebabkan lebih banyak pemanasan dan pengasaman laut, pencairan es laut dan gletser, kenaikan permukaan air laut, dan cuaca yang lebih ekstrem. (I Made Sentana)