Jakarta – Inggris melanjutkan dukungan strategis bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi dan menghadapi krisis iklim melalui program UK PACT (Partnering for Accelerated Climate Transitions) tahap kedua. Program ini tidak hanya mendorong efisiensi energi di sektor bangunan, tetapi juga memperkenalkan instrumen pembiayaan inovatif guna memobilisasi keuangan hijau di dalam negeri.
“Efisiensi energi adalah pilar penting dalam strategi transisi energi. Melalui UK PACT, kami dapat memperkuat kebijakan berbasis pasar serta membuka akses pembiayaan inovatif untuk proyek-proyek konservasi energi,” kata Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rabu, 4 Juni.
Sejak diluncurkan pada November 2022, UK PACT telah mendorong lahirnya sejumlah capaian penting, antara lain kontribusi terhadap penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2023 tentang Konservasi Energi, serta formalisasi Pengawas Penghematan Energi yang bertugas memantau pelaksanaan kebijakan efisiensi di lapangan.
Selain mendukung kebijakan nasional, program ini juga menelurkan dua proyek percontohan pembiayaan hijau, sekaligus memperkenalkan instrumen mitigasi risiko, seperti Energy Savings Insurance dan jaminan kredit parsial, yang membuka jalan bagi model pembiayaan campuran (blended finance) di sektor energi.
“Model pembiayaan ini memberikan kepercayaan bagi lembaga keuangan lokal untuk masuk ke sektor konservasi energi, terutama untuk proyek skala kecil dan menengah yang selama ini kesulitan mendapat akses pembiayaan,” jelas Eniya.
Lima proyek baru prioritaskan mitigasi iklim
Memasuki tahap kedua, UK PACT akan meluncurkan lima proyek baru yang fokus pada peningkatan cakupan kebijakan efisiensi energi. Proyek ini dirancang untuk memperluas pelibatan pemerintah daerah melalui pengembangan peta jalan efisiensi energi di tingkat provinsi dan kota. Lalu Mendorong mobilisasi keuangan hijau, baik dari domestik maupun internasional. Kemudian memperkuat koordinasi lintas sektor dan kapasitas teknis pelaku usaha energi di seluruh Indonesia.
“Pada tahap dua ini, fokus kita lebih luas—tidak hanya di level kebijakan pusat, tetapi juga mendorong sinergi lintas wilayah, sektor, dan institusi,” tambah Eniya.
Amanda McLoughlin, Direktur Pembangunan Internasional Inggris untuk Indonesia, menyatakan bahwa kolaborasi melalui UK PACT merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Inggris dalam mendukung aksi iklim dan transisi energi di negara mitra.
“Program ini membuka peluang bagi usaha kecil menengah untuk mengadopsi efisiensi energi, serta membangun portofolio proyek yang siap didanai. Kami ingin memperluas keberhasilan proyek percontohan dan memperkuat kapasitas nasional serta daerah,” ujar Amanda.
Peluncuran UK PACT tahap dua ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Pelaksanaan (Implementation Agreement) antara Dirjen EBTKE dan Pemerintah Inggris. Kesepakatan ini menandai dimulainya kerja sama strategis untuk menurunkan emisi secara signifikan melalui kebijakan dan pembiayaan efisiensi energi yang lebih inklusif dan terukur. (Hartatik)
Foto banner: Gambar dibuat menggunakan OpenAI DALL·E via ChatGPT (2024)