Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sumber daya panas bumi Indonesia mencapai 23.965,5 MW atau sekitar 24 Gigawatt (GW). Potensi sumber daya geothermal atau panas bumi di Indonesia menduduki peringkat kedua terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat.
“Kecenderungan global pada energi bersih, membuat Indonesia punya peluang besar mengoptimalkan kekayaan panas bumi secara ekonomis,” ujar Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina Geothermal Energy (PGE), Rachmat Hidayat dalam program Polemik Spesial Trijaya, ‘Quo Vadis Energi Panas Bumi,’ dalam siaran pers, awal Februari.
Menurutnya, dengan pengelolaan yang tepat, panas bumi memiliki nilai manfaat yang menggiurkan. Bahkan geothermal sangat memungkinkan menjadi energi alternatif pengganti bahan bakar fosil pada masa transisi energi, Menurutnya, geothermal bisa menjadi suplai terbaik untuk PLN jika terjadi pemadaman. “Geothermal itu singkat ketika pengisian. Tidak seperti batu bara yang membutuhkan waktu lama, geothermal bisa langsung dan stabil. Jadi tidak ada intermiten, tidak mengenal siang dan malam,” terangnya.
Sebagai salah satu perusahaan pengolahan geothermal terbesar di dunia, PGE memiliki kapasitas sebesar 2,3 Gigawatt, hampir 82 persen berasal dari PGE sendiri dan selebihnya dikelola oleh perusahaan mitra PGE. Sebaran wilayah kerja PGE ada di tiga pulau, yakni Sumatera (Medan, Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Selatan), serta Jawa Barat dan Sulawesi.
Selain listrik, geothermal juga memiliki banyak produk turunan yang dapat dimanfaatkan dalam keseharian. Di antaranya agro wisata, mineral silika untuk produk kecantikan, hingga green amonia sebagai bahan bakar tanpa karbon. (Hartatik)
Foto banner: Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mendengarkan penjelasan Maintenance Manager Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lahendong, Fairuz Noor tentang produksi panas bumi dari sumur di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Binary Cycle 500 kW, akhir Juni 2022. (Hartatik)