
Yogyakarta – Pertamina Subholding Power and New Renewable Energy dengan mengusung PT Pertamina Power Indonesia atau dikenal dengan Pertamina NRE menargetkan pemasangan panel surya untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 500 megawatt (MW) hingga 2030. Dari target itu, Pertamina RNE optimistis bisa terealisasi 220 MW pada tahun ini.
“Untuk transisi energi banyak yang bisa disubtitusikan dengan energi fosil, salah satunya energi surya. Energi surya (PLTS) murah, bersih dan bisa diandalkan untuk jangka panjang. Aset ini bisa bertahan hingga 20 tahun,” ujar Chief Executive Office Pertamina NRE, Dannif Danusaputro saat peresmian PLTS Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Karangrejo, Kabupaten Magelang.
Lebih lanjut, Dannif menyampaikan, potensi geothermal memiliki sumber daya terbesar di dunia, tapi pemanfaatannya masih rendah. Pertamina NRE mengimplementasikan agenda strategis Pertamina untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) 31 persen pada 2030.
Langkah-langkah tersebut semakin kuat dengan hadirnya dukungan global yang disuarakan dalam Task Force Energy, Sustainable and Climate B20 dalam serangkaian pertemuan dan aksinya untuk menyuarakan aspirasi berbagai segmen termasuk pelaku industri.
“Pertamina bertekad untuk mempercepat seluruh program green energy transition, khususnya delapan insiatif yang sudah dijalankan dari hulu hingga hilir,” imbuh Dannif.
Menurutnya, inisiatif strategis yang terus dilakukan Pertamina, seperti merealisasikan target pengembangan energi bersih sebesar 10 gigawatt (GW) hingga 2026. Selain itu mengembangkan proyek carbon capture utilization and storage (CCUS) seperti di Lapangan Sukowati dan Gundih, melanjutkan mekanisme pembangunan energi bersih di operasi panas bumi, mengembangkan konsep green energy station/GES, yaitu SPBU dengan konsep hijau, menggunakan PLTS sebagai sumber energi listrik, masa depan, digital, dan bahan bakar lebih ramah lingkungan, serta memasang panel surya dengan kapasitas total 500 MW hingga 2030 untuk penggunaan daya internal di seluruh wilayah operasi Pertamina Group.
Pertamina, lanjutnya terus memastikan akan menjadi terdepan dalam mendukung kebijakan pemerintah yang menargetkan penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030. Di sektor energi, pemerintah menargetkan mengurangi emisi sebanyak 314 juta ton setara CO2 (tCO2e) pada tahun 2030. Untuk dapat memberikan hasil yang signifikan dalam memitigasi perubahan iklim, maka dengan pola bisnis seperti saat ini, sektor Migas secara global harus mengurangi emisi setidaknya 3,5 gigaton setara karbon dioksida (GtCO2e) per tahun pada tahun 2050.
“Langkah ini sejalan dengan tema presidensi G20 tahun ini yakni ‘recover together, recover stronger’ dengan isu prioritas utama yang memerlukan tindakan kolektif secara global, yakni mengenai arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, serta transformasi digital dan ekonomi,” pungkas Dannif.
Hadir dalam acara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sigit Relianto dan delegasi dari negara Government Group 20 (G20). Adapun kegiatan ini merupakan rangkaian event Deputi Lingkungan dan Kelompok Kerja (Pokja) Keberlanjutan Iklim atau EDM-CSWG G20. (Hartatik)