Jakarta – Permintaan komoditas minyak dan gas bumi di tingkat domestik terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional, menurut Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Bahkan menurut badan ini, pada 2050, volume komsumsi minyak dan gas diperkirakan naik masing-masing sebesar 139 persen dan 298 persen.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, dukungan investasi diperlukan agar kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan migas bisa dilakukan secara masif. Pada 2022, investasi di sector hulu migas mampu mencapapai USD 12,3 miliar atau naik 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurutnya, sejak 2021, investasi di hulu migas terus mengalami kenaikan. Adapun tahun ini, investasi hulu migas ditargetkan mencapai USD 15,5 miliar atau naik 26 persen dibandingkan tahun lalu. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan investasi global (6,5 persen) maupun Rencana Jangka Panjang (Long Term Plan/LTP) SKK Migas yang sebelumnya mematok target USD 13 miliar.
SKK Migas terus berupaya meningkatkan produksi migas nasional, khususnya gas bumi, karena peran pentingnya sebagai sumber energi primer selama masa transisi menuju penggunaan energi bersih melalui pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada 2030.
Di sisi lain, upaya pencapaian target produksi gas sebesar 12 BSCFD juga membutuhkan dukungan infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia. Beberapa proyek strategis nasional dijadwalkan sudah mulai berproduksi sebelum 2030, yakni Tangguh Train 3, Indonesia Deepwater Development (IDD), dan Abadi Masela. Ketiga proyek tersebut membutuhkan total investasi sampai dengan USD 38,58 miliar dengan penambahan produksi minyak sebesar 65.000 barel per hari dan gas sebesar 3.644 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Menurut Dwi, SKK Migas menargetkan investasi sebesar USD 186,7 miliar untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030. (Hartatik)
Foto banner: PT Pertamina Hulu Energi (PHE), melalui PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONW) menemukan cadangan migas di perairan Utara Jawa. (Sumber: Pertamina)